Minggu, 26 Juni 2011

Mengapa Kita Butuh Psikiater ?

Selama berkecimpung di Kompasiana sejak hampir setahun lewat, saya merasakan bahwa topik-topik kesehatan jiwa yang berkaitan dengan gangguan jiwa kurang diminati oleh pembaca. Topik-topik perselingkuhan dan seks ternyata lebih disukai sebagai salah satu topik kesehatan jiwa secara keseluruhan. Mungkin topik-topik ini lebih menarik minat dan komentar, atau mungkin juga topik gangguan jiwa dirasakan tidak perlu karena merasa sangat jauh dari hal tersebut. Saya ingin mengungkapkan beberapa data yang mungkin bisa membantu kita memahami mengapa kita butuh psikiater di kehidupan kita :

1. Prevalensi Gangguan Jiwa Tinggi Di Masyarakat

Prevalensi atau angka kejadian gangguan jiwa sebenarnya tinggi di masyarakat. Kasus-kasus "mainstream" gangguan jiwa seperti Skizofrenia adalah hal yang paling diingat oleh masyarakat jika berbicara tentang psikiater dan itu mengenai 1% populasi global atau sekitar 5% populasi di Indonesia. Lain lagi kalau kita bicara tentang Depresi dan Cemas yang prevalensinya sekitar 10-15% dari populasi global. Tidak heran pada tahun 2020 nanti WHO memperkirakan gangguan depresi menjadi beban penyakit nomor 2 setelah gangguan jantung dan pembuluh darah. Namun mengapa tidak semua mau berobat dengan baik ke psikiater ? Jawaban pertanyaan ini ada di tulisan saya sebelumnya "Apakah Kita Butuh Psikiater?"

2. Dewasa Muda Paling Banyak Mengalami Gangguan Jiwa

Gangguan jiwa seperti skizofrenia saja lebih sering dialami oleh pasien-pasien usia muda antara 16-30 tahun. Bayangkan ini adalah masa produktif yang sangat baik. Orang yang mengalami gangguan jiwa pada fase ini akan sangat menurun kualitas hidup dan menjadi beban keluarga serta masyarakat. Survey yang dilakukan oleh saya dengan menggunakan internet menghasilkan bahwa pasien Gangguan Cemas Panik, salah satu Gangguan Cemas yang paling banyak diderita orang diderita oleh kebanyakan orang dengan rentang usia 30-35 tahun (38,5%). lainnya usia antara 20-25 tahun (23,1%) dan usia 26-30 tahun (21,2%). Anda tahu pasien gangguan cemas panik sulit melakukan performa yang baik di pekerjaan karena seringkali mengalami serangan panik dan menyebabkan dirinya tidak mampu bekerja dengan baik.

3. Bidang Ilmu Psikiatri Merambah Segala Segi Kehidupan

Sehari-hari bekerja sebagai praktisi kesehatan jiwa, tetapi dalam banyak kesempatan saya juga sering diajak berdiskusi untuk kepentingan pendidikan, keluarga dan anak serta ilmu kesehatan medis sesuai dengan bidang keminatan saya di psikosomatik medis. Selain itu juga dasar-dasar ilmu psikiatri bisa digunakan sebagai pegangan dalam menjawab berbagai masalah sosial. Sejak tahun 2006 saya sering menulis di Suara Pembaruan untuk mengamati kasus-kasus sosial di masyarakat dan menggunakan keilmuan saya menjawab serta menganalisis hal tersebut. Buku "Jangan Sebut Aku Gila, Bagaimana Memaknai Kehidupan" adalah salah satu buku pemikiran saya terhadap masalah-smasalah sosial yang timbul di masyarakat.

4. Semua Umur Bisa Mengalami Gangguan Jiwa

Perkembangan psikiatri yang pesat telah menghasilkan keilmuan psikiatri yang merambah semua umur. Ada Infant Psychiatry, suatu cabang ilmu psikiatri yang mempelajari anak usia 0-1 tahun, ada Child and Adolescent Psychiatry yang mempelajari ilmu psikiatri untuk anak dan remaja, ada Woman Psychiatry (Woman's Mental Health) yang memfokuskan pada masalah-masalah gangguan jiwa pada perempuan, ada Geriatric Psychiatry yang berhubungan dengan pasien-pasien lanjut usia. Inilah perkembangan psikiatri modern yang membuat semua usia bisa memilih untuk ke dokter yang paling tepat.

Paparan di atas adalah kenyataan yang ada. Jadi memang saat ini tinggal bagaimana kita menyikapi ini. Apakah jika kita mengalami gangguan kesehatan jiwa akan lebih diam dan melarikan diri sampai mengganggu kualitas hidup kita atau kita segera datang mencari pertolongan kepada para psikiater ?

Salam Sehat Jiwa

Tidak ada komentar: