Rabu, 25 Juni 2014

Hati-Hati...Alprazolam!

Informasi Terkait Jadwal Praktek dan Cuti

Kepada Yth
Bapak/Ibu

Informasi terkait jadwal praktek terdapat dalam informasi berikut ini :

Sabtu, 5 Juli 2014 : Praktek lebih awal jam 8 pagi dan pendaftaran ditutup lebih awal di jam 11.00. Pasien untuk praktek Sabtu khusus hari ini dibatasi 10 pasien saja.

Cuti Idul Fitri : 28 Juli s.d. 3 Agustus 2014. Praktek kembali 4 Agustus 2014

Sabtu 23 Agustus 2013 : Praktek Pagi ditiadakan dan diganti menjadi praktek Sore mulai jam 17.00 (Pasien seperti praktek sore pada hari lainnya dibatasi 10 pasien saja)

Demikian pengumuman terkait jadwal praktek dan Cuti.
Atas perhatiannya terima kasih

Salam Sehat Jiwa,
dr.Andri,SpKJ,FAPM

Sabtu, 14 Juni 2014

Alprazolam Yang Sering Membuat Repot

Alprazolam Yang Sering Membuat Repot
Oleh : dr.Andri,SpKJ,FAPM (Psikiater Klinik Psikosomatik RS OMNI ALAM SUTERA)

Dalam seminggu ini sudah ada 2 pasien yang berkunjung untuk masalah khusus yang sering saya temui di praktek : SULIT LEPAS dari Alprazolam!. Kedua pasien saya ini adalah perempuan usia 40 tahunan, ibu rumah tangga dan pertama kali memakai Alprazolam untuk mengurangi gangguan maag. Kedua pasien telah memakai alprazolam dengan jangka waktu yang lama yaitu 2 tahun dan 4 tahun dengan dosis antara 0.25 mg s.d 1.0 mg. Tujuan berobat ke Klinik Psikosomatik tempat saya berpraktek adalah karena kesulitan melepaskan obat Alprazolam ini dan ada kecenderungan meningkatkan dosis karena efek yang diharapkan tidak terasa lagi.
Banyak pasien yang mengalami kondisi seperti di atas. Kesulitan lepas dari obat Alprazolam ini memang bukan hisapan jempol. Ada beberapa pasien yang memakainya dalam dosis yang sebenarnya mungkin adalah dosis yang biasa seperti 0.5mg tapi sangat kesulitan jika berusaha untuk lepas dari obat ini. Sayangnya sering kali didapatkan penggunaan awal obat ini sebenarnya tidak sesuai dengan indikasi obat ini yang bertujuan untuk menghilangkan serangan panik.

Obat Paling Laku di Amerika

Alprazolam (dikenal dengan merk originalnya XANAX) adalah obat untuk masalah kejiwaan yang paling banyak diresepkan di Amerika Serikat sejak tahun 2005 sampai dengan 2011. Tidak pernah tergeserkan kedudukannya menurut Top 25 Psychiatric Medication Prescriptions for 2011 yang disusun oleh John M.Grohol. Dokter di Amerika Serikat meresepkan 50 juta resep Xanax dan Alprazolam generic setiap tahunnya. Itu berarti setiap detik ada lebih dari 1 buah resep Xanax atau Alprazolam generic yang diresepkan dokter di Amerika Serikat. Banyak dokter di Amerika Serikat sendiri mengeluhkan adanya pemakaian Alprazolam yang berlebihan untuk kasus-kasus yang ringan tapi sayangnya hal tersebut masih terjadi sampai sini.

Bagaimana dengan Indonesia? Walaupun tidak ada data yang pasti tentang pemakaian Alprazolam (yang di Indonesia dijual dengan berbagai macam merk dagang) tapi penulis yakin bahwa penggunaan obat ini baik secara legal (diresepkan dokter) atau non-legal (beli sendiri tanpa resep di apotek atau online) sangat besar. Penggunanya paling banyak bahkan bukanlah dokter ahli kejiwaan seperti Psikiater, tetapi lebih banyak dokter umum atau dokter spesialis lain. Hal ini sebenarnya selaras dengan apa yang dikatakan WHO bahwa peresepan obat benzodiazepine lebih banyak dilakukan oleh dokter non-psikiater.

Sayangnya pemakaian obat Alprazolam sering kali melewati indikasinya. Dalam praktek sehari-hari sering kali saya menemukan pasien-pasien yang telah diberikan Alprazolam (baik generic maupun dengan merk lain) bukan untuk indikasi gangguan panik. Kebanyakan bahkan dalam bentuk racikan (pulveres) bersama obat penghilang sakit ataupun obat maag. Sebagian kecil pasien membeli obat sendiri dengan rekomendasi temannya yang juga menggunakan Alprazolam. Biasanya mereka membeli online atau apotek langganan yang mau memberikan obat tersebut tanpa resep. Harganya biasanya dua kali sampai tiga kali lipat dari harga normalnya di apotek resmi.

  

Sulitnya Lepas Dari Alprazolam
Masalah yang paling sulit dari penggunaan Alprazolam adalah kecenderungan obat ini untuk membuat pasiennya tergantung dan kesulitan lepas karena efek putus obatnya yang sangat menyiksa. Beberapa kasus pasien yang saya tangani kebanyakan mengatakan bahwa mereka kesulitan melepaskan Alprazolam karena begitu dilepaskan rasanya sangat tidak nyaman walaupun pemakaiannya hanya dosis kecil seperti 0.25mg.
Kecenderungan pemakaian obat Alprazolam biasanya semakin meningkat pada pengguna minuman keras Alkohol dan atau yang mempunyai riwayat penggunaan zat stimulant seperti ekstasi dan sabu-sabu. Sayangnya penggunaan alcohol saat ini di kalangan dewasa muda perkotaan sudah dianggap layak yang biasanya dikarenakan semakin maraknya tempat-tempat hang out yang menyediakan minuman beralkohol.
Pengguna Alprazolam sangat beragam, dari mahasiswa, ibu rumah tangga, pekerja kantor, pengusaha, pedagang dan berbagai macam profesi lain termasuk dokter sendiri. Inilah obat yang paling dianggap sangat mujarab mengobati kecemasan namun mempunyai efek ke depan yang tidak baik jika terus digunakan dalam waktu lama.
Masalah terkait penggunaan Alprazolam tidak lepas dari penggunaan obat ini yang tidak diawasi oleh dokter yang khusus dan mengerti akan penggunaan obat ini yaitu Psikiater. Banyak dokter tanpa sadar meresepkan obat ini yang mungkin dikira hanya untuk beberapa hari tetapi kemudian tanpa sadar pasien menjadi pengguna obat ini sampai bertahun-tahun. Dari dosis yang kecil sampai dosis yang mencengangkan di atas 4 miligram sehari. Kebanyakan pasien yang saya temui mengalami masalah dengan alprazolam sebenarnya mendapatkan obat ini pertama kali dari dokter yang ditemuinya.

Bijaksana Memakai Alprazolam
Sampai saat ini obat Alprazolam masih dianggap obat yang sangat poten untuk mengatasi serangan panik pada pasien gangguan cemas panik. Belum ada larangan penggunaan obat ini dalam praktek sehari-hari walapun pembatasan penggunaannya telah diumumkan sejak tahun 2009 oleh FDA di Amerika Serikat. Apalagi jika penggunaannya lebih dari 4 minggu, pasien seharusnya berkonsultasi dengan psikiater agar mampu menghindari ketergantungan dari obat ini ke depannya.
Sering kali saya bertanya kepada pasien apa sebenarnya yang menjadi dasar penggunaan obat ini. Jika memang awalnya untuk mengatasi masalah-masalah yang tidak terkait dengan gangguan cemas panik maka  sebenarnya perlu adanya ulasan ulang untuk melihat kepentingan obat ini untuk pasien. Diagnosis dasar harus ditegakkan agar pengobatan yang tepat dapat dilakukan.

Alprazolam walaupun mempunyai potensi yang baik untuk mengatasi gangguan cemas panik tetap perlu diwaspadai adanya potensi ketergantungan dan sulitnya menghadapi masalah terkait lepas obat. Hal ini perlu diingat oleh teman sejawat dokter juga jika ingin meresepkan obat ini. Penggunaannya saat ini untuk pasien asuransi kesehatan nasional di RSUD telah dibatasi dan ini sebenarnya merupakan langkah baik untuk mengurangi penggunaannya yang berlebihan. Kebijaksanaan dokter dan pasien dalam menggunakan obat Alprazolam sangat diperlukan agar tidak menimbulkan masalah di kemudian hari. Semoga tulisan ini bermanfaat. Salam Sehat Jiwa. 

Selasa, 10 Juni 2014

Pendekatan Spiritual Pada Kasus Psikosomatik

Pendekatan Spiritual Pada Kasus Psikosomatik
Oleh : dr.Andri,SpKJ,FAPM (Psikiater Klinik Psikosomatik RS OMNI Alam Sutera)

Saya saat ini berada di Lombok untuk menghadiri Kongres Nasional Psikiatri Religi dan Spiritual yang berlangsung di Hotel Santosa di Senggigi, Lombok. Acara yang baru pertama kali diadakan ini akan bertema “Neuroscience and Spirituality : Bridging Spirituality into Medicine and Mental Health Care”. Saya sendiri akan berbicara siang ini dalam topic Pendekatan Spiritual pada Kasus Psikosomatik.

Saat berpraktek sehari-hari, pasien yang saya hadapi memang lebih banyak merupakan pasien dengan keluhan fisik yang didasari oleh keluhan psikologis. Sayangnya memang tidak semua pasien menyadari adanya masalah terkait psikologis di belakang keluhan fisik itu sendiri. Yang banyak terjadi adalah pasien psikosomatik terlalu fokus pada dirinya dan penyakitnya sehingga terkadang menghabiskan tenaga , waktu dan uang untuk “mengatasi” kondisi gangguan psikosomatiknya. Sayang usaha itu kadang kala tidak berhasil mendapatkan apa yang diinginkan pasien karena memang demikianlah masalah psikosomatik, keluhannya ada tapi data obyektifnya tidak mendukung.

Pendekatan spiritual dalam  kasus-kasus psikosomatik lebih akan memfokuskan pada pendekatan psikodinamik pasien dengan hubungannya dengan penyakit yang dialaminya. Sering kali saking fokusnya pasien dalam mencari tahu sebab penyakitnya melupakan hal yang lain. Kondisi ini yang sering dialami dan dibuktikan saat wawancara klinis dengan pasien psikosomatik. Pasien ketika ditanya kekhawatirannya akan kehidupan akan lebih fokus pada diri dan sakitnya. Kondisi di luar sakit dan diri pasien seperti menjadi bagian yang tidak terlalu penting untuk dipikirkan.

Pendekatan spiritual bertujuan untuk melihat bahwa apa yang dialami pasien adalah hanya sebagian kecil dari apa yang terjadi dari keseluruhan kehidupan pasien. Pasien diajak untuk melihat bahwa kehidupannya jauh melebihi kondisi kesehatan yang dia anggap tidak pada tempatnya. Pasien lebih akan diajak untuk mengenali bahwa ada hal-hal lain di luar diri pasien dan “penyakitnya”. Pendekatan ini diharapkan mempunyai makna dalam perbaikan gejala psikosomatik selain pengobatan gangguan dasar yang mendasari masalah ini.


Semoga apa yang akan disampaikan siang nanti akan dapat bermanfaat bagi sejawat dalam penanganan kasus-kasus psikosomatik di praktek sehari-hari. Salam Sehat Jiwa 

Selasa, 03 Juni 2014