Minggu, 27 Mei 2018

Tidur Siang Cukup 10-20 Menit !

Image result for taking nap
Tidur Siang di Kantor (gambar diambil dari https://michaelhyatt.com/why-you-should-take-a-nap-every-day/ )

Kalau anda punya waktu untuk istirahat siang dan bisa sekejap tidur siang maka lakukanlah itu karena itu sangat baik untuk kesehatan fisik dan jiwa anda. Biasanya kita akan makan siang di sekitar jam 12-13, lalu setelah itu kita melanjutkan kerja. Namun jika anda punya waktu sekejap untuk tertidur maka tidurlah walaupun hanya sebentar, yaitu sekitar antara 10-20 menit. Hal ini dikarenakan tidur yang sebentar itu akan meningkatkan konsentrasi dan vitalitas anda yang mulai menurun di sore hari.

Kapan waktu tidur siang yang baik?
Ada salah satu penelitian yang mengatakan sebaiknya paling baik di antara jam 14.00-15.00, salah satu penelitian yang lain mengatakan 7 jam setelah anda bangun. Lalu bagaimana supaya bisa tidur dengan baik? Sediakan earplug atau pasanglah earphone anda, matikan handphone dan pasang reminder atau timer 25 menit. Ini dikarenakan biasanya orang butuh sekitar 5-7 menit untuk jatuh terlelap jadi tidur kita akan berkisar di antara 10-20 menit tadi, kalau memang "perlu sekali" boleh bawa penutup mata dan bantal leher.

Bolehkah Tidur Lebih Lama?
Beberapa penelitian tidur mengatakan ketika kita tidur kurang dari 5 menit maka hasilnya tidak akan bermanfaat dan jika lebih dari 30 menit sampai 1 jam 30 menit malahan kita bangun dengan kondisi yang tidak nyaman "drowsy" dan sepertinya malah semakin sulit berkonsentrasi. Jadi tidur siang sekitar 10-20 menit di antara jam 14.00-15.00 adalah hal yang sangat bermanfaat dan sudah dibuktikan di berbagai penelitian. Silahkan coba dan buktikan sendiri. Salam Sehat Jiwa

Kamis, 17 Mei 2018

Jadwal Cuti 12-18 Juni 2018

CUTI PRAKTEK 12-18 JUNI 2018 

Selasa, 19 Juni 2018 kembali Praktek Seperti Biasa

Salam Sehat Jiwa,
dr.Andri 

Rabu, 09 Mei 2018

Perlunya "Time Out"

Image result for time out
TIME OUT (image from Google Picture Search)
Kita cukup beruntung bulan Mei 2018 ini banyak cuti yang kita dapatkan di hari kerja. Sebagian mungkin merasa hal ini adalah suatu berkah karena bisa membuat dirinya mempunyai banyak waktu beristirahat tapi di lain pihak mungkin ada yang tetap melakukan kegiatan kerja walaupun hari libur. Terlepas dari semua itu, istirahat memang cukup penting untuk kita agar menjaga produktifitas kita.

Salah satu yang sering kita lupa adalah kita sering kali melakukan pekerjaan di luar batas kemampuan kita. Walaupun banyak dikatakan bahwa kemampuan manusia tidak terbatas, sayangnya kita sama-sama punya waktu terbatas alias waktu yang kita punya sama 24 jam. Dalam waktu 24 jam itu kita sering mengalokasikannya untuk berbagai macam kegiatan namun sering kali kita mengesampingkan kegiatan terkait kebugaran kita termasuk tidur dan aktifitas fisik Beberapa di antara kita bahkan tidur kurang dari 5 jam sehari dan tidak pernah aktifitas fisik.

Selain tidur dan melakukan kegiatan fisik, kita juga sebenarnya membutuhkan apa yang disebut sebagai istirahat sejenak atau TIME OUT. Kata Time Out mungkin kita banyak dengar dari istilah permainan olahraga di mana pelatih melakukannya untuk memberikan waktu istirahat sejenak atau memberikan strategi di tengah-tengah jalannya permainan. Sering kali kita melihat bahwa Time Out dilakukan di saat kritis, saat angka atau skor saling ketat berkejaran, menjelang akhir permainan atau saat permainan para pemain mulai terlihat tidak baik. Artinya harapan dari Time Out itu sendiri agar para pemain bisa kembali diingatkan atau kembali ke kondisi yang cukup baik.

Kita juga sering kali memerlukan Time Out saat kita merasa kelelahan atau jenuh. Ada kalanya saat sedang mempersiapkan sesuatu kita kehilangan konsentrasi atau merasa tidak banyak hal yang dilakukan karena terhambatnya ide. Saat inilah Time Out mungkin diperlukan agar kemampuan kembali menjadi lebih baik setelahnya. Beberapa penulis artikel ilmiah sering diingatkan ketika terjadi "stuck" ide saat menulis manuskrip, maka dia bisa menundanya dan memasukkan pekerjaan tersebut ke dalam laci (sekarang mungkin menutup window di laptop/komputer terkait pekerjaan itu) dan baru membukanya kembali beberapa hari kemudian. Kebanyakan cara ini berhasil untuk memberikan kepada kita penyegaran terhadap ide atau penulisan kita.

Time Out juga bisa kita lakukan saat misalnya kita berhadapan dengan sesuatu yang sepertinya mengalami jalan buntu termasuk dalam rapat atau saat berhubungan dengan orang lain termasuk keluarga sendiri. Tidak heran ada istilah "reses" untuk rapat saat menghadapi jalan buntu. Begitu juga saat kita berkomunikasi misalnya dengan pasangan kita atau anak kita, saat diskusi berjalan tidak terlalu baik maka kita bisa meminta waktu untuk "time out" sejenak.

Jadi jangan lupa untuk Time Out jika memang kita membutuhkannya, jangan memaksakan diri untuk melakukan hal yang penting dalam kondisi tidak terlalu baik. Time Out bisa memperbaiki kemampuan kognitif kita dan juga bisa membantu perasaan kita menjadi lebih baik lagi. Semoga artikel ini bermanfaat. Salam Sehat Jiwa

Kamis, 03 Mei 2018

Takut Terhadap Kalajengking? Itu Termasuk Fobia !


Beberapa spesies kalajengking memiliki dua jenis racun kalajengking. Kredit: Wikipedia




Orang yang mengalami ketakutan yang berlebihan terhadap kalajengking bisa dikategorikan mengalami Fobia Spesifik. Biasanya orang yang ketakutan terhadap sesuatu yang spesifik seperti kalajengking atau binatang spesifik lainnya akan mengalami gejala-gejala seperti serangan panik ketika dia tidak mampu menghindari sumber ketakutannya.

Pada dasarnya orang yang mengalami fobia spesifik terhadap apapun akan menghindari untuk melihat, bersentuhan bahkan membayangkan benda yang dia takuti. Jika dia tidak mampu menghindarinya maka biasanya akan terjadi gejala-gejala kecemasan akut seperti jantung berdebar, sesak nafas, keluar keringat dingin, kepala seperti ringan hingga bisa mengalami penurunan tekanan darah sampai pingsan. Paling sering pasien akan mengalami serangan panik atau reaksi histerikal yang biasanya sering membuat pasien tidak bisa mengendalikan diri.

Orang dengan fobia spesifik seperti ini biasanya tidak banyak yang berobat ke psikiater atau psikolog. Mereka kebanyakan akan menghindari saja kondisi yang bisa memicu fobianya. Jika kondisi yang bisa memicu fobianya adalah sesuatu yang umum dan sering dihadapi misalnya ada yang takut nasi, buah jeruk atau hal umum lainnya, maka biasanya orang tersebut akan berobat. Salah satu teknik yang biasanya dilakukan adalah dengan melakukan desensitisasi atau exposure therapy. Namun demikian terapi ini biasanya akan diawali dengan teknik relaksasi atau juga terkadang memerlukan pengobatan dengan obat antidepresan dan atau anticemas agar saat respon cemasnya datang, pasien tidak mengalaminya secara berlebihan. Semoga informasi singkat ini bermanfaat. Salam Sehat Jiwa