Senin, 12 Oktober 2009

Gangguan Cemas, Kenali Gejalanya dan Obati Segera !!

Masih berkaitan dengan hari Kesehatan Jiwa sedunia yang jatuh tanggal 10 Oktober 2009 kemarin, masih banyak informasi tentang kesehatan jiwa yang perlu disebarluaskan. Masyarakat sering menggangap gangguan jiwa hanyalah Skizofrenia saja yang di dalam bahasa sehari-hari dikenal dengan istilah Gila. Padahal masih banyak gangguan kesehatan jiwa lain yang juga menyebabkan ketidakmampuan yang nyata bagi pasien dan lingkungannya. Salah satu yang akan kita bahas pada kesempatan kali ini adalah tentang Gangguan Cemas.Gangguan cemas ada beberapa macam, yang paling sering ditemukan di masyarakat kita adalah Gangguan Cemas Panik dan Gangguan Cemas Menyeluruh
Gangguan Cemas Panik
Gangguan cemas panik ditandai biasanya dengan keluhan jantung berdebar-debar (palpitasi) yang tiba-tiba datang. Gejala ini juga seringkali dibarengi dengan gejala-gejala fisik lain, di bawah ini adalah gejala-gejala yang sering dialami pasien Gangguan Cemas Panik
Jantung berdebar-debar
Sesak napas dan rasa seperti tercekik
Perasaan ingin muntah atau mual berkelebihan
Kesemutan dan keluar keringat dingin
Gemetar seperti orang yang tidak mampu menahan berdiri dirinya
Terkadang terdapat disorientasi lingkungan
Perasaan tidak nyaman di tubuh, seperti nyeri di kepala atau tengkuk
Perasaan takut kehilangan kontrol atau menjadi gila
Merasa seperti ingin pingsan
Gejala di atas biasanya berlangsung tiba-tiba tanpa ada pemicu yang jelas. Pasien seringkali merasakan adanya sensai tidak nyaman di dada dan rasa jantung berdebar dimulai saat itu. Tidak mengherankan pasien seperti ini biasanya buru-buru minta ke rumah sakit karena yang ditakutkan adalah gangguan jantung. Setelah pemeriksaan baik direkam jantung oleh EKG, dilakukan ekokradiografi bahkan CT-Scan sampai MSCT, ternyata tidak didapatkan kelainan yang mendasari.
Sayangnya kadang pasien tidak percaya akan hal ini sehingga terus menerus mencari pertolongan di klinik penyakit dalam atau jantung. Lebih baik pasien seperti ini segera menghubungi psikiater karena gangguan cemas ini dapat diobati dalam jangka waktu tertentu.
Gangguan Cemas Menyeluruh
Gangguan cemas menyeluruh biasanya ditandai dengan suatu kondisi gangguan cemas yang berlebihan terhadap segala sesuatu di dalam kehidupan individu tersebut. Pasien sering terlihat khawatir dan merasa was-was sehari-hari terhadap segala sesuatu yang bahkan kemungkinan terjadinya sangat kecil. Pernah saya menangani pasien yang sangat khawatir akan masa depan anaknya kelak, padahal anak tersebut masih dalam kandungan. Pasien seperti ini juga seringkali merasa khawatir yang berlebihan ketika mempunyai gangguan medis sehingga terkadang pada beberapa kasus ini menghambat perbaikan dari kondisi medis umumnya sendiri bila tidak ditangani gangguan cemasnya. Pada beberapa kasus, serangan panik dengan tanda-tanda di atas dapat muncul walapun intensitas dan frekuensinya biasanya jarang.
Semoga informasi ini berguna untuk pembaca sekalian. Jangan lupa bahwa kebanyakan gangguan cemas lebih sering bermanifestasi sebagai gangguan fisik, seperti yang telah disebutkan di atas. Jika anda tidak mendapatkan pertolongan yang baik, maka gangguan ini bisa membuat kualitas hidup anda menurun
* Penulis adalah Psikiater di Klinik Psikosomatik RS Omni Internasional, Alam Sutera, Serpong - Tangerang, anggota the Academy of Psychosomatic Medicine dan The American Psychosomatic Society . Email : mbahndi@yahoo.com.

Senin, 05 Oktober 2009

Stres dan Depresi Bukan Untuk Ditakuti

Beberapa hari yang lalu dunia infotaiment dikagetkan dengan video artis Marshanda yang dapat disaksikan via website YouTube di dunia maya. Kaget bukan karena Marshanda melakukan perbuatan tidak senonoh atau berfoto tidak sopan di dunia maya, tetapi karena sikap dan tingkah lakunya di video yang dianggap “aneh” oleh para rekan wartawan infotaiment. Jauh dari image Marshanda selama ini.
Padahal yang diangggap “aneh” itu oleh para wartawan infotaiment sebenarnya hanyalah tingkah laku Marshanda menari dan menyanyi dengan suara keras dan afeksi emosi yang kentara. Walau dikenal sebagai artis sinetron sejak dulu, kali ini gayanya di video tersebut seolah-olah menggambarkan dirinya apa adanya. Ada makian, tangisan dan tertawa yang semuanya terkesan sangat lepas.
Hal itu kemudian dihubungkan apakah Marshanda mengalami stres atau lebih parah lagi mengalami depresi dalam kehidupannya saat ini?
Manajemen dan keluarga Marshanda buru-buru memberikan keterangan pers sehubungan dengan keadaan ini. Bahkan dokter pribadinya turut bicara tentang kondisi kesehatan Marshanda. Sehubungan dengan kondisi kesehatan jiwanya, dokter pribadi Marshanda mengatakan belum perlunya Marshanda berkonsultasi ke psikiater.
Cerita lain dari dunia selebriti adalah mengenai sakit dan dirawatnya Cici Paramida di RS Gandaria. Berdasarkan berita di Warta Kota 23/08/2009, pengacara Cici Paramida meluruskan berita tentang sakit yang diderita Cici. Dia mengatakan “Tidak benar Cici Paramida sakit karena depresi akibat persoalan rumah tangganya. Tapi sakit karena kelelahan”

Depresi Penyakit Yang Memalukan
Kedua cerita selebriti di atas terus terang membuat saya tersenyum-senyum sekaligus prihatin. Betapa takutnya seseorang “dicap” menderita gangguan kesehatan jiwa. Kata-kata stres dan depresi seolah-olah adalah kata-kata yang tidak boleh dilekatkan pada diri seseorang. Dalam konteks yang lebih sempit kata stres dan depresi seringkali salah dihubungkan dengan gangguan jiwa berat alias “gila” yang dianggap memalukan.
Stres adalah sesuatu yang wajar dalam kehidupan manusia. Siapapun pernah mengalami stres dalam hidupnya. Saya pun ketika menjalani masa pendidikan spesialis kedokteran jiwa di FKUI pernah mengalami stres apalagi di saat-saat pembuatan tesis. Jadi rasanya stres bukanlah sesuatu yang memalukan untuk diakui. Selagi masih bisa diatasi dengan baik hal itu tidak akan terlalu mengganggu kehidupan.
Lain lagi dengan depresi. Depresi menurut kedokteran adalah suatu kondisi gangguan kesehatan jiwa yang ditandai oleh beberapa tanda dan dibatasi waktu. Tanda yang paling sering dikeluhkan berhubungan dengan afeksi emosi yaitu murung atau sedih, merasa tidak ada harapan atau sulit berpikir tentang masa depan dan perilaku psikomotor yang menurun sehingga orang tersebut terlihat malas dan enggan melakukan kegiatan. Hal itu pun harus terjadi minimal 2 minggu sebelum diagnosis depresi ditegakan.
Selain gejala yang tersebut di atas, seringkali terdapat kesulitan tidur, tidak ada nafsu makan, sulit konsentrasi dan tidak lagi menikmati hobi. Beberapa orang juga sering menjadi mudah tersinggung, mudah marah dan bahkan ada yang bertindak agresif.
Sebagian pasien depresi ada pula yang mengalami masa mania dalam kondisi sakitnya. Mania ditandai dengan gejala senang berlebihan, kurang kebutuhan tidur, pikiran-pikiran terlalu tinggi namun tidak sesuai kenyataan dan bisa melakukan perbuatan yang nekat dan membahayakan. Kondisi ini bergantian dengan kondisi depresi yang lebih dikenal dengan sebutan gangguan bipolar.

Depresi Ada Obatnya
Depresi adalah suatu gangguan kesehatan jiwa yang oleh badan dunia kesehatan WHO pada tahun 2020 diprediksikan akan menjadi beban utama nomor dua di bidang kesehatan. Data di banyak penelitian mengatakan kekerapan gangguan depresi di masyarakat sekitar 20-30%. Jauh lebih besar daripada kekerapan gangguan skizofrenia yang dikenal “gila” yang hanya 1% saja. Akibat depresi juga akan membuat produktifitas manusia menurun. Hal ini terutama terjadi lebih rentan pada wanita dibandingkan pada laki-laki.
Pengetahuan kedokteran sudah berkembang sangat pesat begitupun kedokteran jiwa. Hal-hal yang selalu dihubungkan dengan kondisi psikologis seseorang saat ini sudah dapat juga dibuktikan dengan pemeriksaan medis terutama pemeriksaan otak. Penelitian tentang depresi di luar negeri sangat jauh berkembang begitupun juga tentang pengobatannya.
Pengobatan pasien depresi tentunya memerlukan seorang dokter yang khusus menangani hal tersebut. Hal ini karena seringkali depresi bermanifestasi dalam bentuk keluhan-keluhan fisik seperti sulit tidur, keluhan psikosomatik dan rasa lelah berlebihan. Psikiater dengan latar belakang pendidikan dokter dan kemampuan psikoterapinya merupakan profesi yang paling cocok untuk menangani pasien depresi.
Orang seringkali takut ke psikiater karena perasaan malu dicap “gila”, ketakutan akan ketergantungan obat dan simpang siur tentang informasi mengenai penyakitnya. Kesulitan ini sebenarnya dapat ditanggulangi dengan berbagai macam cara. Calon pasien dan keluarga dapat mencari informasi tentang kondisi kesehatan jiwa pasien di internet. Banyak sekali pedoman untuk awam mengenai kesehatan jiwa terutama depresi yang dapat ditemukan di internet. Beberapa bahkan menyediakan ruang tanya jawab.
Informasi mengenai gangguan kesehatan jiwa juga harus kerap disebarluaskan. Media sangat berperan penting dalam hal ini. Wartawan infotaiment pun punya peran yang sangat besar jika mereka mau untuk ikut memberikan pengetahuan kepada masyarakat tentang seluk beluk gangguan depresi. Kalau terdapat kasus selebriti yang dianggap stres atau depresi, teman-teman wartawan dapat menghubungi narasumber yang kompeten seperti psikiater untuk bisa berkomentar tentang kondisi tersebut.
Terakhir tentunya peran dari profesi psikiater sendiri untuk melihat kondisi stigma gangguan jiwa di masyarakat sebagai suatu tantangan untuk terus menerus menyebarkan informasi yang benar dan tepat untuk masyarakat. Masyarakat harus terus diberikan informasi pengetahuan tentang kesehatan jiwa.
Kesehatan jiwa adalah sesuatu yang sangat berhubungan dengan kualitas kehidupan seseorang. Stres dan depresi yang mengganggu kesehatan jiwa juga merupakan ancaman terhadap kualitas hidup seseorang. Namun jika ditangani dengan baik hal itu tentunya tidak akan berlanjut. Satu hal yang pasti adalah jangan pernah malu dan takut mengakui bila memang kita mengalami stres atau depresi. Segera cari pertolongan yang tepat karena ini berhubungan dengan kehidupan kita sendiri.

Tulisan ini pernah dimuat di Suara Pembaruan Minggu

Selasa, 14 Juli 2009

Mengatakan Maaf Bukan Hal Yang Tabu

Dahulu kala ketika saya masih kecil, rasanya dokter adalah manusia yang sangat luar biasa kuasanya. Jarang sekali kita dapat kesempatan memprotes dokter atas segala tindakannya. Begitu juga kita rela menunggu dokter berlama-lama karena beliau sedang sibuk di tempat kerja yang lain. Tapi mungkin saat ini keadaan ini sudah berubah walaupun beberapa dokter masih mempertahankan kekuasaan absolutnya terutama dalam hal manajemen waktu.
Teringat pengalaman mengantar kakak saya ke dokter, ketika itu kami sudah mendapatkan janji ketemu dengan dokter tersebut jam 15 namun apa mau dikata sampai jam 16.30 si dokter belum datang juga. Saya kemudian bertanya kepada suster di poli tersebut, ternyata si dokter belum dapat datang karena masih ada pasien di tempat lain. Padahal waktu praktek yang tercantum di RS yang saya datangi tersebut menunjukkan bahwa jam poli si DOkter dimulai pukul 15 sampai 17.
Ketika akhirnya si Dokter datang pukul 17.00, tanpa basa basi dan permintaan maaf si dokter langsung saja memulai pemeriksaan pada kakak saya yang telah menunggu lama. Waw...rasanya saat itu saya mau marah saja tapi tak kuasa karena saya tahu ini adalah sejawat saya sendiri.
Lain lagi pengalaman teman saya yang anaknya dirawat di RS. Seharusnya si anak sudah boleh pulang sejak pagi hari namun karena sebelum pulang harus diperiksa oleh dokter penanggung jawab, akhirnya dia harus menunggu. Tanpa tahu ternyata si dokter baru bisa datang sekitar sore hari dan dia baru mengetahuinya setelah menunggu beberapa jam tanpa ada informasi. Saya tidak tahu apakah si DOkter ini meminta maaf atas keterlambatan ini namun mudah-mudahan beliau lakukan.
Saya juga bukan orang yang luput dari keterlambatan. Pernah suatu ketika karena saking "asyiknya" menguji, waktu praktek saya ternyata sudah mendekati dan akhirnya pasien saya menunggu sampai setengah jam. Namun sebelum itu terjadi saya biasanya mempunyai kebiasaan untuk menelpon atau meng-sms pasien sejam sebelum waktu praktek saya kalau saya akan datang telat. Intinya saya tidak ingin pasien tersebut kehilangan waktu hanya untuk menunggu saya saja.
Lain waktu saya pernah terlambat lima menit dari jadwal yang telah ditentukan, saya ternyata sudah ditunggu pasien. Saya pun minta maaf atas ketidaknyamanan ini. Lain waktu saya pernah datang lima menit sebelum waktu praktek saya, tetapi ternyata pasien saya datang lebih awal lagi. Saya pun tetap meminta maaf karena membuat pasien menunggu, namun saya jelaskan bahwa saya memang baru memulai praktek sesuai jadwal.
Intinya bagi saya permintaan maaf kepada pasien bukanlah hal yang tabu dan bisa dilakukan oleh semua dokter. Seperti pesan saya kepada mahasiswa, bahwa seharusnya kita berempati kepada pasien bukan hanya karena dia pasien kita tetapi juga berempati sebagai sesama orang yang sama-sama mempunyai waktu 24 jam dalam hidupnya.
Saya pun sampai saat ini masih belajar untuk selalu menetapi waktu dan berusaha juga untuk selalu konsisten dengan keadaan ini. Terkadang berat karena sesuatu yang sering tidak terduga, namun kerendahan hati untuk meminta maaf atas keterlambatan bisa menjadi penyejuk hati orang yang menunggu kita. Tapi ingat, jangan gampang mengucapkan maaf untuk suatu alasan atas ketidakmampuan kita mengubah perilaku kita. Misalnya terus menerus minta maaf atas keterlambatan tanpa bisa mengubah kondisi terlambat itu sendiri dan sepertinya membiarkan karena berpikir mudah meminta maaf. Itu malah akan menjatuhkan harga diri kita sendiri dan menunjukan kepada orang lain secara gamblang bahwa kita orang yang tidak disiplin.

Fakultas Kedokteran Masih Diminati

Setiap hasil SNMPTN alias Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri. Ternyata peminat Fakultas Kedokteran masih menempati tempat teratas dibandingkan dengan ilmu studi lain. Bidang lain yang diminati selain Kedokteran adalah Teknik Informatika, Farmasi dan Desain Grafis.
Tentunya sangat menarik melihat hal ini, di tengah-tengah besarnya biaya pendidikan kedokteran yang semakin tinggi karena tuntutan fasilitas, fakultas kedokteran masih menjadi favorit calon mahasiswa negeri.
Saya menjadi ingat akan diri saya sendiri beberapa tahun yang lalu. Di masa akhir sekolah menengah atas saya baru menentukan pilihan saya untuk menjadi seorang dokter. Itupun kalau saya diterima di Fakultas Negeri karena keuangan yang tidak memungkinkan bila harus masuk swasta.
Saya berpikiran saat itu lebih baik tidak menjadi dokter bila harus kuliah di Swasta yang uang masuknya saja berpuluh juta. Untuk itu pilihan saya jatuh ke Universitas Indonesia dan Universitas Diponegoro.
Beruntung sekali saya dapat diterima di FKUI sehingga mimpi menjadi dokter rasanya akan menjadi kenyataan.
Saya masih merasakan murahnya pendidikan dokter, walaupun memnag bila dibandingkan dengan beberap tahun sebelum saya, masih lebih mahal biaya yang ditanggung angkatan saya saat itu (1997). Tapi saya tidak mengeluarkan uang sampai lima juta untuk masuk FKUI saat itu.
Lepas pendidikan dokter umum membuat saya berpikir untuk segera meneruskan pendidikan Spesialis di FKUI juga dan mengambil bidang Kedokteran Jiwa. Saat itu saya berpikir menjadi dokter umum itu tidaklah keren dan kurang gengsinya dibandingkan dengan dokter spesialis.

Dokter Pasti Kaya?
Rasanya pendapat di atas sering ditunjukkan kepada dokter. Selain memiliki posisi terhormat di masyarakat terutama di daerah-daerah yang masih kurang dokternya, profesi ini juga menjamin orang yang menggelutinya tidak akan kekurangan bila mau berusaha. Sama sepertinya kiat ini buat semua jurusan, tapi independensi seorang dokter membuat dia lebih tidak tergantung orang lain untuk mendapatkan nafkah.
Guru saya pernah berkata, sebenarnya menjadi dokter itu tidak akan pernah bisa terlalu kaya bila mengikuti aturan yang berlaku. Sebab menurut beliau kalau dokter kaya itu biasanya akan dikompensasikan dengan banyaknya waktu yang harus dialokasikan untuk praktek saja.
Kenyataannya memang banyak dokter-dokter senior yang bisa praktek sampai dini hari karena tidak mampu menolak pasien. Ini sangat berbeda dengan beberapa negara tetangga kita seperti Malaysia dan Singapura yang membatasi jumlah pasien yang bisa ditangani oleh seorang dokter.
Hal inilah yang sering dikeluhkan pasien kalau dokter Indonesia kurang komunikatif karena selalu terburu-buru. Tentu saja akan terburu-buru karena kalau tidak pasien akan tidak terlayani dan si dokter tidak bisa tidur.
Tapi untuk mencapai hal tersebut sebenarnya dokter akan merintis dari bawah bukan berlangsung tiba-tiba. Jadi kalau baru saja lulus jangan harapkan langsung mendapatkan uang yang banyak.

Masih Pekerjaaan Mulia
Semua orang mengakui bahwa menjadi dokter adalah suatu pekerjaan mulia. Bahkan pakar Marketing seperti Hermawan Kartajaya pun berpendapat demikian. Ini dikarenakan karena pekerjaannya berhubungan dengan sesuatu yang sangat berharga bagi manusia yaitu Kesehatan. Tanpa kesehatan sekaya apapun orang itu tidak akan berguna.
Tapi tentunya menjadi dokter yang mulia tidaklah gampang, harus ada suatu komitmen terus menerus yang tidak kenal henti dari si dokter. Berhubungan dengan begitu banyak pasien tentunya tidak akan selalu memberikan hasil yang diharapkan pasien.
Namun si dokter harus terus berusaha meningkatkan kemampuannya dalam mengobati pasien yang datang kepadanya
Saya berharap calon-calon teman sejawat yang akan menempuh pendidikan dokter dapat terus memaknai nilai-nilai yang terkandung dalam profesi mulia ini.
Jangan hanya berpikir untuk menjadi kaya bila ingin menjadi dokter karena kalian akan kecewa. Jangan pula berpikir untuk segera "Balik Modal" sesaat setelah menjadi dokter nanti karena ini akan menjebak anda dalam praktek kedokteran yang tidak etis.
Semoga niat baik kita semua yang ingin menjadi Dokter selalu terpelihara sepanjang masa