Selasa, 17 Oktober 2017

Ketergantungan Benzodiazepine Masih Jadi Momok di Praktek

Sebagai seorang praktisi di bidang psikiatri, masalah terkait dengan ketregantungan obat golongan benzodiazepine atau yang oleh awam lebih dikenal dengan istilah obat penenang memang masih menjadi salah satu momok. Obat-obat ini di Indonesia terdiri dari berbagai macam jenis dan merek yang berbeda. Alprazolam, Diazepam, Clobazam, Clonazepam, Estazolam, Bromazepam, Nitrazepam adalah sebagian nama generik obat-obat ini. Di satu pihak obat ini sangat bermanfaat dalam praktek, tetapi potensi ketergantungan dan penyalahgunaannya sangat besar.

Pasien dan Dokter Sama-Sama Tidak Paham
Sebenarnya masalah ini biasanya terkait ketidaktahuan dari pemakai obat yang sering juga dikarena ketidaktahuan dokter dalam meresepkan obat ini. Beberapa kali mendengar dari pasien bahwa awalnya pasien tidak memahami pemberian obat ini karena berada dalam racikan atau lebih sering sendiri pasien dulu mengulang resep tanpa sepengetahuan dokter yang meresepkan obat benzodiazepine ini. Sejatinya obat ini hanya diberikan dalam jangka pendek dengan dosis yang relatif kecil.
Masalah lain yang sering dialami juga adalah pasien sering tidak bisa mematuhi pengobatan dengan baik dan hanya menggunakan obat benzodiazepine yang berefek cepat dibandingkan obat lain yang diberikan misalnya obat antidepresan yang biasanya lebih lama didapat efeknya. Kenyataan ini sebenarnya bukan hanya terjadi di Indonesia. Pada kenyataannya di luar negeri juga banyak orang lebih menyukai menggunakan benzodiazepine yang lebih cepat efeknya daripada obat antidepresan. Jepang adalah salah satu negara pengguna benzodiazepine yang cukup tinggi bahkan dari informasi beberapa pasien yang pernah tinggal di sana dan berobat ke psikiater, di Jepang psikiater sangat mudah meresepkan benzodiazepine seperti etizolam yang sangat dikenal di sana. Bahkan jika sudah pernah diresepkan maka bisa beli tanpa resep di salah satu farmasi di sana.
Pasien dengan penggunaan benzodiazepine perlu ditanyakan dulu apakah memiliki riwayat penggunaan alkohol aktif dan penyalahgunaan narkotika. Kedua masalah ini sering membuat penggunaan benzodiazepine dosisnya menjadi berbeda. Pada beberapa kasus pasien yang menggunakan alkohol sehari-hari dan juga penyalahgunaan narkotika sering kali memerlukan dosis yang lebih besar dan akhirnya lebih rentan ketergantungan.

Pahami Obat dan Kerjanya
Benzodiazepine tidak bisa dipungkiri merupakan obat yang bermanfaat untuk pasien. Pasien dengan gangguan panik misalnya sangat mendapatkan manfaat dari penggunaan benzodiazepine yang biasanya digunakan untuk meredakan panik dan rasa cemas yang berlebihan.
Beberapa pasien dengan kesulitan tidur juga terbantu dengan penggunaan benzodiazepine yang mampu mengembalikan pola tidur yang baik. Hal ini tentunya sangat bermanfaat dalam produktifitas pasien dan juga mengurangi masalah lain termasuk kecelakaan akibat mengantuk.
Satu hal yang paling harus dipahami adalah dokter dan pasien sama-sama memahami potensi obat ini baik potensi baiknya maupun negatifnya. Hal ini untuk mencegah pasien ketergantungan akan obat ini tanpa solusi yang jelas.
Penggunaan obat benzodiazepine jangka panjang masih dimungkinkan namun ada baiknya dengan pengawasan dokter juga dengan penggunaan antidepresan yang biasanya mendampingi khususnya untuk masalah gangguan cemas. Hal ini bermanfaat untuk mengurangi potensi ketergantungan pasien di kemudian hari.
Jika sama-sama memahami obat benzodiazepine ini, niscaya obat ini akan sangat bermanfaat untuk perbaikan pasien dan juga untuk membantu praktek dokter sehari-hari. Semoga artikel ini bermanfaat. Salam Sehat Jiwa

dr.Andri,SpKJ,FAPM
Klinik Psikosomatik Omni Hospital Alam Sutera
www.psikosomatik.net









Minggu, 15 Oktober 2017

Jadwal Cuti Praktek (Update 16 Oktober 2017)

Sabtu, 28 Oktober 2017

1-2 Desember 2017

Senin, 4 Desember praktek hanya PAGI jam 08.00-12.00 (menerima hanya 15 pasien)

8-9 Desember 2017

Cuti Natal dan Akhir Tahun : 25-27 Desember 2017