Kamis, 22 Maret 2012

CUTI PRAKTEK BULAN APRIL 2012

CUTI PRAKTEK 23-26 APRIL 2012 


Kembali praktek 27 April 2012 


Terima kasih atas perhatiannya,
dr.Andri,SpKJ 
Kepala Klinik Psikosomatik RS OMNI ALAM SUTERA 

Minggu, 18 Maret 2012

Adakah Obat Terbaik Untuk Gangguan Kecemasan?


Oleh : dr.Andri,SpKJ (Psikiater)

Saya mengikuti berbagai macam forum di Facebook ataupun Kaskus. Banyak juga di antara pembaca artikel saya di Kompasiana atau blog pribadi saya bertanya kepada saya lewat email ataupun posting komentar. Pertanyaan mereka biasanya berkisar tentang apakah mereka menderita gangguan kecemasan yang banyak rupanya itu. Untuk pertanyaan seperti ini biasanya saya agak sulit memberikan jawaban karena tidak memeriksa langsung pasien. Biasanya saya hanya memberikan penjelasan sedikit tentang kemungkinan diagnosis yang dialami oleh penanya dengan dilatarbelakangi keluhan-keluhan yang ada. Namun ketika saya ditanyakan masalah obat apa yang paling cocok untuk gangguan kecemasan, maka tulisan di bawah ini mungkin bisa menjawab pertanyaan para pasien selama ini.

A. Psikofarmaka
Perkembangan ilmu pengetahuan kedokteran khususnya di bidang pengobatan telah melahirkan obat-obatan terbaru di bidang ini. Khusus untuk gangguan kejiwaan, tahun 1990an sampai sekarang kelihatan tampak pesat sekali perkembangan obat-obatan gangguan kejiwaan terutama gangguan kecemasan. Beberapa penelitian berbasiskan bukti telah dilakukan oleh peneliti di dalam maupun di luar negeri. Berbagai macam ras dan warna kulit telah mengikuti penelitian ini, hasilnya adalah suatu penilitian-penelitian yang berbasis bukti yang bisa diaplikasikan dalam praktek sehari-hari karena telah mengikuti metode yang tepat dan aman.
Obat-obatan seperti Antidepresan golongan SSRI (Serotonin Selective Reuptake Inhibitor) belakangan dinilai dari berbagai penelitian sebagai obat yang tepat untuk mengatasi berbagai gangguan kecemasan. Sifat obat yang mampu banyak diterima berbagai golongan usia dan ras membuat obat ini menjadi pilihan utama pengobatan gangguan kecemasan. Dahulu sebelum obat ini ditemukan, pengobatan dengan obat golongan anticemas Benzodiazepine adalah pilihan utama. Obat seperti Alprazolam (yang dijual dengan berbagai macam merk) adalah salah satunya. Namun dengan perkembangan waktu dan semakin banyaknya kasus-kasus ketergantungan dan toleransi obat ini maka belakangan penggunaannya diwaspadai dan tidak digunakan secara tunggal sebagai obat gangguan cemas yang membutuhkan pengobatan jangka waktu lama.
Pengobatan pasien gangguan kecemasan dengan antidepresan SSRI juga membutuhkan waktu. Berbagai literatur barat mengatakan waktu antara 12-18 bulan pengobatan agar meminimalkan kekambuhan. Tetapi pada prakteknya banyak perbaikan di dapatkan ketika obat dipakai antara 6-12 bulan saja. Tentunya pemakaian obat ini harus sesuai petunjuk dokter dan sangat bersifat individual. Dalam artian tiap orang akan berbeda waktu pengobatannya tergantung dengan kondisi sakitnya.

B. Psikoterapi
Psikoterapi adalah menggunakan cara-cara psikologis dalam pengobatan. Terapi kognitif seperti CBT (Cognitive Behavior Therapy) adalah salah satu yang paling sering dipakai. Selain itu psikoterapi berorientasi tilikan seperti psikoanalisis pun bisa dilakukan. Trend belakangan adalah munculnya hipnoterapi yang dilakukan oleh banyak orang dengan klaim berbagai macam yang bisa dilakukannya.
Secara teoritis untuk melakukan psikoterapi seorang praktisi harus memahami psikodinamika kepribadian manusia. Hal ini dipelajari dan diterapkan dalam latihan-latihan terstruktur yang biasanya didapatkan pada pendidikan dokter spesialis kedokteran jiwa dan pendidikan master untuk psikolog klinis. Ini berarti sebenarnya tanpa mempelajari dinamika kepribadi dan berlatih secara benar, seseorang tidak bisa mengklaim dirinya mampu melakukan psikoterapi bahkan untuk psikoterapi suportif sekalipun. Namun pada kenyataannya di lapangan ada beberapa dokter non spesialis jiwa atau bahkan praktisi yang mengaku melakukan psikoterapi dalam prakteknya. Saya jadi bertanya-tanya apakah maksud psikoterapi yang dimaknai sama ?
Psikoterapi sendiri dilakukan bukan tanpa hambatan. Banyak kendala untuk melakukan hal ini. Resistensi pasien dan terapis sendiri sering menjadi kendala awal. Biasanya pasien menolak atau terapis mendapati dirinya mengalami countertransference (merasa ada perasaan tidak nyaman ketika bersama pasien diakibatkan pasien mengingatkannya pada sosok bermakna yang traumatis di masa lampau). Belum lagi masalah waktu yang harus ditepati dan disepakati. Tugas-tugas yang harus dilakukan pasien di rumah ketika tidak bersama terapis adalah hal-hal lain yang perlu mendapatkan perhatian. Intinya melakukan psikoterapi yang benar-benar itu ternyata memang tidak mudah.

C. Complementary and Alternative Therapy
Belakangan sering banyak pertanyaan dari penanya apakah ada cara-cara non-obat yang bisa dilakukan untuk mengatasi kecemasan. Herbal, jamu, buah, atau apapun itu yang dianggap dapat memperbaiki kondisi kecemasan pasien seringkali ditanyakan. Intinya sebagai seorang ilmuwan maka saya hanya bisa mengatakan bahwa apapun terapi yang diberikan sepanjang itu belum atau tidak merupakan hasil penelitian berbasis bukti maka dimasukkan ke dalam terapi alternatif dan tambahan dalam kedokteran.
Kita tentunya tidak bisa langsung setuju jika ternyata ada suatu terapi yang hanya berhasil pada satu atau beberapa orang lalu dikatakan terapi itu adalah terapi yang mujarab untuk semua pasien. Penelitian berbasis bukti perlu untuk membuktikan klaim itu agar menjadi suatu hasil rekomendasi yang benar. Itulah mengapa walaupun mungkin berguna bagi banyak orang beberapa terapi tidak bisa direkomendasikan karena kemungkinan lemah ketika dilakukan dalam penelitian besar.
Memang intinya pengobatan untuk gangguan kecemasan itu sangat individual. Cara tertentu untuk seseorang belum tentu bisa cocok jika dilakukan kepada orang lain. Bahkan pada penggunaan obat-obatan yang sudah dibuktikan lewat penelitian juga bisa terjadi hal-hal yang berbeda untuk tiap orang. Tidak heran begitu banyak jenis obat dan terapi untuk satu jenis gangguan kecemasan saja. Maka dari itu jika anda bertanya kepada saya apakah obat terbaik untuk gangguan cemas, maka jawaban saya semua tergantung kondisi anda.
Salam Sehat Jiwa

Jumat, 16 Maret 2012

Sulit Tidur Pada Pasien Jantung


Oleh : Dr.Andri,SpKJ (Psikiater Keminatan Psikosomatik Medis)

Penyakit jantung adalah salah satu contoh paling baik dalam menerangkan konsep interaksi pikiran dan tubuh atau mungkin yang lebih dikenal dengan konsep Psikosomatik. Dalam setiap aspek penyakit kardiovaskuler adalah sangat mudah untuk melihat adanya interaksi biopsikososial dalam proses dinamis perjalanan penyakit ini. Pada prakteknya psikiater dan dokter jantung harus mewaspadai bahwa terjadinya, manifestasi klinis dan perjalanan penyakit jantung dipengaruhi oleh faktor-faktor psikologis. Lain dari itu juga kondisi mental seseorang akan terpengaruh ketika mengetahui dirinya mengalami gangguan jantung.
Dalam dua bulan ini saya bertemu dengan beberapa pasien jantung yang telah mengalami kateterisasi (balonisasi) dan pemasangan stent jantung (ring). Pasien yang akan saya ceritakan ini datang ke saya karena kesulitan tidur.   
Pasien ini mengalami kesulitan tidur ketika mulai merasakan jantungnya tidak nyaman sebelum dilakukan kateterisasi. Ketika akhirnya memeriksakan diri ke dokter jantung dan akhirnya dilakukan prosedur kateterisasi, pasien menginginkan sebenarnya keluhan sulit tidurnya akan berkurang atau tidak ada sama sekali. Namun pada kenyataannya pasien tetap mengalami kesulitan tidur. Pasien mengatakan bahwa rasa cemas sudah tidak ada lagi sebenarnya setelah mengetahui bahwa jantungnya memang bermasalah dan sudah diobati. Tetapi kesulitan tidurnya masih ada sampai sebelum kontrol ke saya. Pasien sebelumnya sudah berobat ke psikiater dan diberikan obat tidur golongan benzodiazepin tetapi tidak membantu banyak. Pasien masih kesulitan memulai tidur.
Ketika kontrol ke saya akhirnya saya melihat bahwa selain sulit tidur, afeksi suasana perasaan pasien juga sudah depresif. Pasien sangat tidak nyaman dengan kondisi sulit tidurnya dan merasa mulai mengalami gejala-gejala depresi. Pengobatan dengan antidepresan diberikan selain juga memberikan obat untuk membantu tidurnya saat ini. Sebulan pengobatan pasien sudah mulai bisa merasakan tidur yang nyenyak dan merasa sudah jauh lebih nyaman dibandingkan sebelumnya. Rencana pengobatan dengan antidepresan dilanjutkan sampai 6 bulan ke depan dan obat tidur akan direncanakan diturunkan sampai tidak sama sekali. 
Sulit Tidur, Cemas dan Depresi
Kesulitan tidur bisa disebabkan banyak faktor. Selain faktor kondisi melatonin, suatu zat di dalam otak yang membantu proses tidur juga kesulitan tidur sering disebabkan karena gangguan kejiwaan seperti cemas dan depresi. Biasanya kesulitan tidur yang dialami adalah sulit memulai tidur atau sulit mempertahankan tidur. Pada beberapa orang ada yang bangun terlalu pagi dan susah kembali tidur. 
Pasien jantung memang sering mengalami kecemasan baik yang memang sudah menjalani prosedur kataterisasi ataupun yang hanya dengan pengobatan saja. Hal ini tentunya karena sistem saraf otonom yang terpicu kalau pasien cemas sangat berhubungan dengan kerja jantung dan pembuluh darah. Tidak heran banyak dokter jantung yang memberikan pasien juga obat penenang pada pasien yang mengalami kondisi jantung atau riwayat serangan jantung. 
Sebenarnya diharapkan ada pendekatan biopsikososial pada pasien yang mengalami kondisi sakit jantung. Penelitian terakhir mengatakan bahwa gangguan depresi merupakan faktor independen terjadinya infark (sumbatan) pada jantung. Hal ini menjelaskan bahwa kondisi gangguan kejiwaan bisa menyebabkan terjadinya gangguan jantung jika tidak ditangani dengan baik. 
Kecemasan atau yang lebih dikenal awam sebagai stres juga sangat mempengaruhi kerja jantung. Kerja sistem saraf otonom yang juga mengatur kerja jantung merupakan sistem yang terpicu ketika seorang cemas. Tidak heran kita sering mengalami berdebar-debar ketika terjadi stres, marah atau gangguan kecemasan lainnya. 
Untuk itulah pendekatan psikosomatik dalam hal ini berkaitan dengan kondisi kejiwaan pasien jantung sangat penting. Obat-obat jantung memang perlu tetapi menjaga kesehatan jiwa pasien jantung baik dengan pengobatan ataupun psikoterapi juga sangat penting dilakukan. Hal ini agar pasien jantung juga mencapai suatu kualitas hidup yang baik. 
Semoga bermanfaat. Salam Sehat Jiwa 

Kamis, 15 Maret 2012

Apakah Cemas obatnya selalu pake Antidepresan SSRI?


Tanya :
saya kemarin periksa ke dr jiwa, menceritakan tentang penyakit saya ini, dan saya meminta pengobatan dgn menggunakan obat SRRI, kata dr: anda saya berikan aprazolam saja dan ini jg digunakan jika perlu, karena aprazolam sudah terbukti lebih berkhasiat, kemudian saya tanyakan lg tapi bagaimana tentang efeknya ? dia mengatakan efek sampingnya sama aja dengan SRRI. dan dia mengatakaan klu saya tdk mempunyai masalah psikologis yg berat, jadi kemungkinan ini hanya adanya ketidakseimbangan cairan otak, dan utk terapi obat SRRI katanya belum perlu buat saya. dengan meminum obat aprazolam dapat menetralisir cairan otak ini dan saya diminta jg utk mengendalikan emosi saya, sebelum dan sesudah emosi datang. menurut dokter perlu atau tidaknya terapi obat itu ada kriterianya dokter Andri ? dan apakah obat aprazolam itu hrs diminum jika kita butuh/ sudah terasa gangguan2 anxietas ? jika tiap hari minum kan dianjurkan cuma 2 s/d 4 minggu, tapi bagaimana klu cuma jika perlu, berapa lama dok ?. terima kasih dok sebelumnya atas jawabannya.

Jawab :
Setiap pasien memang mempunyai gejala dan tanda kecemasan yang beda. Pasien cemas sendiri bisa terdiri dari berbagai macam tipe : paling sering memang cemas panik, tapi ada juga cemas menyeluruh,cemas fobia sosial dll. Untuk kasus apakah perlu pengobatan dengan SSRI, sbnrnya itu tergantung kondisi pasien. Kalau pendapat saya karena kebanyakan pasien yang datang kepada saya sudah dengan keluhan cemas yang jelas dan disertai dengan gejala-gejala psikosomatik maka biasanya saya sudah langsung memulai terapi dengan antidepresan SSRI (biasanya saya berikan Sertraline) dan juga biasanya kadang saya berikan Clobazam (untuk diminum setengah di waktu malam). Saya jarang menggunakan alprazolam karena spt beberapa kali saya tulis, kebanyakan pasien banyak yang terlalu nyaman dgn obat ini dan sulit lepas. Jadi kalau psikiater anda tidak memberikan SSRI mungkin krn keluhan anda dianggap masih bisa diatasi sendiri. Efek samping alprazolam beda sekali dengan antidepresan SSRI. Alprazolam selain efek ngantuk jarang punya efek lain. Sedangkan antidepresan SSRI sering membuat mual, kepala terasa kencang atau perasaan tidak enak di awal minggu pertama, tapi biasanya keluhan ini menghilang dalam minggu kedua.
Penggunaan alprazolam sebenarnya memang tidak boleh rutin ataupun kalau rutin hanya dua minggu saja. Kalau tidak rutin berapa lama bisa pakai? Kalau cemasnya sudah baik memang perlu memakai terus? Kita selalu berpikir positif gangguan ini bisa baik kan. Pada intinya Alprazolam digunakan untuk mengatasi serangan panik.
Semoga bisa menjawab pertanyaan anda.

Salam,
Dr Andri SpKJ