Kamis, 27 Desember 2012

CUTI PRAKTEK 2012 dan 2013

CUTI TAHUN 2012 :
CUTI PRAKTEK HANYA SENIN, 31 DESEMBER 2012

CUTI TAHUN 2013 :
23-24 JANUARI 2013
8-9 MARET 2013
13-16 APRIL 2013

Minggu, 23 Desember 2012

Catatan Akhir Tahun : Menjadi Orang Yang Lebih Baik

Oleh : dr.Andri,SpKJ
Psikiater Psikosomatik Medis (Psychosomatician)

Tahun 2013 hampir dijelang dan apa yang terjadi pada tahun 2012 akan menjadi masa lalu. Mau tidak mau apa yang telah terjadi di tahun 2012 harus kita terima sebagai bagian dari masa lalu. Masa lalu yang mudah-mudahan mempunyai makna dalam perjalanan kita sebagai manusia. Sebenarnya jika kita mau jujur, maka peristiwa baik yang menggembirakan atau menyedihkan adalah bagian dari hal yang membuat kita menjadi lebih baik. Membuat kita menjadi apa sekarang. Menjadikan kita berbeda satu dengan yang lain.
Bicara kaitannya dengan kasus-kasus psikosomatik yang saya tangani, perubahan adalah inti dari upaya memperbaiki kondisi ini. Pasien psikosomatik harus mengubah dirinya. Salah satunya dengan menyadari dirinya dan mau berobat kepada psikiater. Tidak mau atau enggan mengubah diri membuat pasien terus terjebak dalam gangguan sakit yang tidak kunjung sembuh. Motivasi untuk berubah itu harus ada.
Tidak heran saya banyak menemukan beberapa pasien yang datang dari berbagai daerah di Indonesia dan bukan hanya di sekitar Jabodetabek saja. Ada pasien yang datang dari Jawa Barat, Jawa Tengah, Palembang, Sulawesi sampai Kalimantan. Semua berharap kesembuhan dari sakitnya. Untuk mencapai itu setidaknya orang tersebut harus bergerak.
Saya berharap kenangan manis dan pahit di tahun 2012 akan menjadikan kita orang yang lebih baik ke depan. Semoga apa yang telah kita upayakan demi kebahagiaan kita bisa terwujud dengan baik.
Hidup ini harus berjuang dan tidak ada perjuangan yang sia-sia.

Selamat Hari Natal 2012
dan
Tahun Baru 2013


Kamis, 20 Desember 2012

Susahnya Lepas Dari Xanax (Kasus Sulit)

Oleh : Dr.Andri,SpKJ

Beberapa kasus ketergantungan Alprazolam (kebanyakan dari merk Xanax) sering kali datang kepada saya untuk meminta pertolongan agar sembuh dari ketergantungan ini. Kebanyakan pasien sudah tahunan memakai Alprazolam (Xanax) bahkan ada yang sudah 22 tahun memakai obat ini. Pemakaiannya pun bukan dosis kecil lagi tetapi sudah sampai dosis minimal 3-10 milligram perhari. Di bawah ini akan saya ungkapkan kasus-kasus sulit ini dan bagaimana cara penanganan di awal agar menjadi lebih paham buat pembaca sekalian.

Kasus 1. 
22 Tahun Lebih Menggunakan Xanax

Pasien laki-laki usia 52 tahun, pertama kali memakai Xanax sekitar 22 tahun yang lalu sejak pulang dari luar negeri untuk sekolah. Awalnya memakai obat-obatan golongan benzodiazepin dari psikiater di tempatnya sekolah dulu. Pasien kemudian sejak itu tidak bisa melepaskan ketergantungannya terhadap Xanax. Ketergantungannya ini juga sangat berhubungan dengan merek, artinya tanpa menggunakan Xanax pasien tidak bisa menggunakan Alprazolam merek lain. Saat ini dosis Xanax yang digunakan 6-8 miligram perhari.
Pasien sudah berkonsultasi selama 1 tahun, belum ada perubahan berarti. Pernah mencoba melakukan upaya Cold Turkey (berhenti sama sekali) namun mengalami efek putus obat yang berat seperti menggigil, lemas, kelelahan yang sangat, seperti tidak bertulang, keluar keringat dingin dan pikiran menjadi tidak bisa "digunakan". Jika tidak memakai xanax, pasien tidak bisa berpikir dan bekerja seperti biasa. Kalau memakai xanax, pasien "normal" kembali.
Salah satu faktor kesulitan dalam pengobatan pasien ini adalah, tidak ada obat yang cocok yang bisa menggantikan peran xanax untuk mengatasi kondisi fisik dan psikologis yang dialami pasien.

Kasus 2. 
10 Tahun menggunakan Xanax

Pasien laki-laki usia 48 tahun, pertama kali menggunakan xanax sekitar 10 tahun yang lalu. Dosis saat itu hanya 0.5mg digunakan untuk membuat pasien tidur lebih nyeyak,. Resep saat itu diberikan oleh dokter umum dan kemudian oleh pasien diteruskan makan xanax tersebut terus menerus sampai saat ini. Dosis saat ini berkisar antara 6-7 miligram perhari terbagi menjadi 3 kali pemakaian. Pasien awalnya dikonsultasikan kepada saya karena dokter interna dan dokter bedah yang ingin melakukan operasi kepada pasien meminta pasien untuk menghentikan penggunaan xanax yang saat itu sudah mencapai 3x2mg perhari. Penghentian tiba-tiba saat itu dilakukan oleh dokter dan menimbulkan gejala putus zat yang mengganggu pasien. Pasien kemudian dikonsulkan kepada saya.
Sama seperti kasus 2, salah satu faktor kesulitan dalam menangani pasien adalah pasien tidak pernah merasa cocok mendapatkan obat selain xanax untuk mengatasi kondisi kecemasan dasarnya. Sampai saat ini pasien masih berkonsultasi.

Kasus 3, 
Ibu Rumah Tangga menggunakan Xanax 1 tahun 

Pasien wanita usia 37 tahun dengan keluhan kecemasan yang membuatnya tidak nyaman. Saat itu pasien berkunjung ke psikiater dan diberikan obat xanax 0,25mg sebanyak 3x sehari. Pasien kemudian lepas kontrol dari psikiater dan membeli obat berdasarkan resep dokter umum selanjutnya. Pasien kemudian makan obat dengan dosis 3x0,5mg dan terkadang menambah dosis sendiri menjadi 3x0,75mg jika merasa tidak nyaman. Pemicu tidak nyaman adalah kondisi kelelahan mengurus anak dan dukungan keluarga yang kurang. Pasien sering kali merasa tidak nyaman dan pikiran satu-satunya adalah menambah dosis xanax. Pengobatan dengan obat antidepresan untuk mengurangi perasaan cemasnya tidak membuat pasien beralih dari xanax dan terus mengkonsumsi xanax sampai saat ini.

Pembahasan

Ketiga kasus penggunaan alprazolam di atas memang sangat sering terjadi di dalam praktek sehari-hari. Pasien seringkali tanpa sadar memakai obat anticemas golongan benzodiazepin seperti alprazolam (dengan merk terkenalnya xanax). Awalnya biasanya digunakan untuk membantu tidurnya atau perasaan cemas terkait gangguan fisik (jantung berdebar,perut kembung). Terkadang juga sering digunakan dalam racikan obat yang digunakan oleh berbagai macam dokter untuk mengatasi keluhan-keluhan psikosomatik.
Obat alprazolam (xanax) adalah salah satu jenis obat cemas golongan benzodiazepin yang paling efektif. Dengan efektifitas yang sangat poten dan waktu kerja yang pendek, tidak heran obat ini sering digunakan dan juga sering kali digunakan beberapa kali dalam sehari.
Sayangnya obat ini mempunyai efek untuk menghasilkan toleransi (dosis semakin meningkat) dan ketergantungan yang berat pada pasien jika digunakan tanpa pengawasa yang ketat dan bijak. Kebutuhan penggunaan akhirnya bisa menjadi suatu ketergantungan fisik dan psikis. Apalagi pada pasien yang menggunakan alkohol atau dengan riwayat penyalahgunaan zat narkotika. Pasien-pasien seperti ini bila menggunakan alprazolam akan cenderung terus naik dan sulit lepas.
Penanganan yang baik haruslah dimulai dengan pengenalan dasar gejala mengapa sampai pasien menggunakan alprazolam. Pasien perlu menggunakan obat alprazolam pastinya bukan karena tanpa alasan. Kondisi kecemasan dan insomnia adalah latar belakang tersering orang mulai menggunakan alprazolam. Pada pengobatan yang lebih baik adalah menggunakan obat pengganti alprazolam yang setara seperti clonazepam atau diazepam. Namun pada dosis tinggi (lebih dari 2miligram alprazolam perhari) pasien biasanya tidak bisa tiba-tiba menghentikan alprazolam tetapi harus melakukan penurunan dosis perlahan (tappering off). Penggunaan antidepresan seperti sertraline atau fluoxetine juga bisa membantu untuk mengatasi kecemasan dan mengurangi penggunaan obat alprazolam pada akhirnya.
Pasien perlu menyadari dan mempunyai motivasi yang tinggi untuk berhenti dari alprazolam. Kalau tidak ada niatan untuk berhenti akan percuma. Satu yang paling penting segeralah berkonsultasi jika anda telah menggunakan alprazolam untuk waktu lama.

Salam Sehat Jiwa

Minggu, 16 Desember 2012

Rehabilitasi Mental Bhakti Daya Insani: Panti Bhakti Daya Insani

Rehabilitasi Mental Bhakti Daya Insani: Panti Bhakti Daya Insani: Tampak Ruang Perawatan Panti Rehabilitasi Mental Bhakti Daya Insani Pasar Kemis, Tangerang

Selasa, 11 Desember 2012

Benarkah Psikosomatik itu Mudah Disembuhkan?

Oleh : dr.Andri,SpKJ (Psikiater Psikosomatik Medis)
Klinik Psikosomatik RS OMNI Alam Sutera, Tangerang

Selama lebih dari 4 tahun menangani kasus-kasus gangguan psikosomatik, saya sering mencatat hal-hal yang menarik berhubungan dengan pasien yang mengalami gangguan ini. Pasien yang datang dengan keluhan fisik yang beraneka ragam ataupun pasien yang hanya mengalami satu atau dua macam keluhan saja. Namun seperti pada beberapa tulisan saya terdahulu, kebanyakan kasus psikosomatik melibatkan sistem saraf otonom sehingga gejalanya lebih banyak adalah gejala di jantung, paru dan lambung. Inilah sebagian besar gejala yang dialami pasien psikosomatik

Pahami Dulu Apa Itu Psikosomatik 
Kalau merujuk ke asal kata PSIKOSOMATIK, maka terdiri dari dua kata yaitu PSIKO yang artinya jiwa,mental atau psikis dan SOMATIK yang artinya badan, tubuh atau soma. Banyak orang yang bertanya kepada saya, sebenarnya arti PSIKOSOMATIK itu apa. Kita tidak perlu bingung masalah istilah, namun sebenarnya kata PSIKOSOMATIK itu bisa bermakna :
a. Adanya keluhan fisik (Soma) yang disebabkan oleh faktor psikologis (Psiko) : ini merupakan arti istilah Psikosomatik yang paling sering dipahami
b. Adanya keluhan psikologis (Psiko) dan fisik (Soma) bersama-sama pada seorang pasien : ini merupakan istilah psikosomatik yang juga banyak dipahami sebagai bagian yang membuat penanganan kasus psikosomatik itu melibatkan pendekatan biologis,psikologis dan sosial.
c. Adanya faktor-faktor psikologis yang berpengaruh pada kondisi somatik (tubuh) dan sebaliknya : ini biasanya pengertian dalam praktek ilmu kedokteran psikiatri konsultasi dan liaison. Psikiater bidang psikosomatik biasanya mempunyai urusan dengan pasien-pasien gangguan medis yang mengalami gejala-gejala psikologis dan pasien gangguan jiwa yang mengalami sakit medis.

Apakah Gejala Psikosomatik Itu Lebih Mudah Hilang?
Berdasarkan pengalaman klinis, memang saya mencatat banyak kasus psikosomatik yang pasiennya mengeluh fisik dan psikis (lihat atas bagian b.) kebanyakan setelah diobati dengan obat antidepresan dan psikoterapi suportif akan lebih hilang gejala fisiknya lebih dahulu dibandingkan keluhan psikisnya. Apalagi jika keluhan fisik tersebut terkait gejala depresi.
Walaupun pada banyak penelitian mengatakan gejala depresi itu akan berbarengan hilangnya dengan gejala fisiknya, dalam artian jika depresinya teratasi maka gejala fisiknya juga akan baik, ternyata pada kenyataannya tidak demikian. Gejala fisik yang diobati dengan tepat biasanya lebih dulu membaik daripada gejala psikologisnya. Walaupun hasil ini berbeda-beda untuk tiap pasien, namun dari catatan saya memang lebih dari 50% pasien merasakan dia lebih nyaman secara fisik dulu baru kemudian rasa cemas atau depresifnya berkurang.
Keluhan fisik yang berkurang gejalanya ini yang membuat perasaan was-was dan cemas pasien menjadi lebih baik akhirnya. Pengamatan pada pasien psikosomatik yang lebih mengeluh fisiknya memang sedikit berbeda dengan pasien gangguan jiwa yang lebih banyak mengalami keluhan psikis seperti skizofrenia misalnya. Jadi memang menarik untuk diamati bahwa ketika keluhan fisiknya berangsur menghilang, pasien akan merasa lebih percaya diri dalam mengatasi kondisi kehidupan sehari-harinya.

Cegah Psikosomatik Berulang
Pembahasan kasus-kasus psikosomatik selalu biasanya saya tutup dengan pesan kepada pasien atau orang yang mengalami psikosomatik bahwa pemeriksaan dengan seorang psikiater adalah yang disarankan bagian pasien untuk mengatasi keluhannya. Kondisi perbaikan fisik maupun psikis yang terkait dengan psikosomatik akan bisa diatasi oleh psikiater yang merupakan seorang dokter yang mengambil ilmu kedokteran jiwa sebagai spesialisasinya. Lain daripada kontrol ke psikiater ada hal-hal yang perlu diperhatikan pada penatalaksanaan kasus psikosomatik, hal itu antara lain :

a. Pengobatan tuntas
Pengobatan yang tuntas dan selesai dengan baik memberikan kemampuan pasien untuk mempertahankan dirinya dari kekambuhan akibat penyakit ini kembali. Struktur sistem otak yang sudah baik akan membantu mencegah penyakit ini datang lagi

b. Menjaga Kesehatan Fisik dan Mental
Kekambuhan bukan hal yang mustahil dalam gangguan psikosomatik. Bahkan dari penelitian, gangguan psikosomatik yang didasari oleh depresi maka kemungkinan kambuhnya bisa mencapai lebih dari 50% walaupun sudah diobati dengan baik. Kesehatan fisik sangat mempengaruhi kondisi mental dan begitu pula sebaliknya. Pasien yang mengalami psikosomatik memang lebih sensitif terhadap respon fisiknya dan menjadi lebih tidak nyaman saat sakit datang. Kesehatan fisik yang baik dan didukung oleh kesehatan mental yang baik akan sangat berguna untuk mencegah psikosomatik datang kembali.

c. Tidur yang cukupdan berkualitas
Saya selalu menekankan pasien saya untuk tidur yang cukup dan berkualitas. Tidur akan membuat tubuh kita relaks dan beristirahat sedangkan jika kita merasa tidak cukup tidur maka badan akan terasa lemah. Jadi usahakan tidur di jam yang baik dan dengan jumlah waktu yang cukup.

Semoga informasi ini bisa berguna untuk kita semua. Psikosomatik Sembuh ? Pasti BISA

Salam Sehat Jiwa





Rabu, 05 Desember 2012

Peningkatan Kasus-Kasus Psikosomatik

Data di atas menunjukkan berbagai macam asumsi :
1. Kasus-kasus psikosomatik semakin banyak dikenali oleh masyarakat
2. Kesadaran masyarakat untuk berobat jika mengalami kondisi psikosomatik semakin tinggi dari tahun ke tahun

Sebagian pasien yang berobat sering merasa dirinya satu-satunya yang mengalami gangguan psikosomatik. Ternyata hal itu tidak benar, banyak orang yang mengalami gangguan psikosomatik.
Semoga informasi ini berguna untuk kita semua.

Salam Sehat Jiwa,
Dr.Andri,SpKJ
Kepala Klinik Psikosomatik RS OMNI ALAM SUTERA