Kamis, 26 Maret 2020
Rabu, 25 Maret 2020
Selasa, 24 Maret 2020
Senin, 23 Maret 2020
Perubahan Jam Praktek Selama Masa Tanggap Darurat COVID-19
Senin s.d. Jumat
PAGI : 09.30-12.00
Senin, Selasa, Kamis
SORE : 15.00-17.00
Sabtu
PAGI : 09.00-13.00
NB. Untuk pasien lama dan stabil pengobatan tersedia layanan konsultasi online (telemedisin). Silahkan hubungi WA dr.Andri seperti tercantum di kartu nama atau hubungi OMNI HOSPITAL Alam Sutera (021) 29779999 ext. 8355
PAGI : 09.30-12.00
Senin, Selasa, Kamis
SORE : 15.00-17.00
Sabtu
PAGI : 09.00-13.00
NB. Untuk pasien lama dan stabil pengobatan tersedia layanan konsultasi online (telemedisin). Silahkan hubungi WA dr.Andri seperti tercantum di kartu nama atau hubungi OMNI HOSPITAL Alam Sutera (021) 29779999 ext. 8355
Minggu, 22 Maret 2020
Sabtu, 21 Maret 2020
Jumat, 20 Maret 2020
Rabu, 18 Maret 2020
Selasa, 17 Maret 2020
Senin, 02 Maret 2020
Kepanikan Akibat COVID-19 Dapat Menganggu Kesehatan Jiwa
-->
CoronaVirus(sumbergambar:https://patch.com/img/cdn20/shutterstock/22848544/20200227/022623/styles/patch_image/public/shutterstock-1621031059___27140518174.jpg)
Kepanikan Akibat COVID-19 Dapat Menganggu
Kesehatan Jiwa
Oleh : dr.Andri,SpKJ (Dokter
Spesialis Kedokteran Jiwa)
Sejak diumumkan kepada publik dua
kasus COVID-19 pada pasien Indonesia kemarin oleh Presiden Joko Widodo bersama Menteri
Kesehatan Terawan, keresahan di kalangan masyarakat mulai terasa. Group Whatsapp
mulai dipenuhi oleh berita-berita terkait siapa yang terkena kasus Covid-19,
ada potongan cerita bagaimana mereka sampai terkena dan juga penelusuran siapa
saja mereka. Bahkan sampai akun media sosial dan rumahnya pun menjadi sasaran
penelusuran netizen. Belum lagi ditambah dengan adanya berita terkait “rush” bahan makanan di beberapa tempat
yang diperkuat oleh foto-foto walaupun akhirnya ada konfirmasi dari si putri dari
orang tua yang ada di dalam foto membeli berkardus-kardus mie instan di sebuah
supermarket. Keresahan ini mungkin akan dapat terjadi di hari-hari ke depan
apalagi jika kasus makin banyak ditemukan di Indonesia. Lihat saja untuk masker
saja sekarang mulai susah didapatkan dan harganya mahal berkali lipat dari
biasa. Padahal menggunakan masker hanyalah salah satu cara mencegah penularan
jika memang kita sedang sakit. Kontak erat dengan yang memiliki virus ini yang
lebih dominan sebagai media penularan. Itulah mengapa kita harus rajin mencuci
tangan dan mengurangi kontak dengan orang lain selama COVID-19 ini masih
menjadi pandemi menular.
Kepanikan ini sebenarnya bukan
hanya terjadi di Indonesia. Dalam berbagai ulasan berita sejak mulai COVID-19
terdeteksi Desember 2019 di Wuhan, China dan kini menyerang lebih dari 27
negara, pandemi ini telah meningkatkan kekhawatiran yang meluas dan
meningkatnya kecemasan banyak orang yang takut menjadi sasaran ancaman virus. Apalagi
media menyoroti COVID-19 sebagai ancaman yang unik, yang ikut menambah
kepanikan, stres, dan potensi hysteria masyarakat.
Pandemi bukan hanya fenomena
medis; mereka mempengaruhi individu dan masyarakat di berbagai tingkatan,
menyebabkan gangguan pada kesehatan jiwanya. Panik dan stres juga dikaitkan
dengan wabah. Lihat saja ketika kekhawatiran tentang ancaman yang dirasakan mulai
tumbuh, orang mulai mengumpulkan (dan bahkan menimbun) masker dan persediaan
medis serta makanan . Ini sering diikuti oleh perilaku yang berhubungan dengan
kecemasan dan gangguan tidur. Individu yang telah mengalami gangguan jiwa
seperti gangguan cemas dan gangguan depresi mungkin sangat rentan terhadap efek
dari kepanikan dan ancaman yang meluas terkait virus COVID-19 ini.
Masalah Kesehatan Jiwa dan Penyakit Fisik
Penyakit kronis (menahun),
termasuk penyakit menular kronis seperti tuberkulosis (TBC) dan human immunodeficiency virus (HIV)
dikaitkan dengan kemungkinan mengalami tingkat gangguan mental yang lebih
tinggi dibandingkan dengan populasi umum. Penelitian menunjukkan tingkat depresi biasanya meningkat
setelah kondisi medis fisik berlangsung lama. Efek dari coronavirus pada
kesehatan mental belum diteliti secara sistematis, namun diperkirakan bahwa
COVID-19 akan memiliki efek pada kesehatan jiwa yang besar terutama berdasarkan
reaksi publik saat ini. Psikiater dengan latar belakang dokternya ditempatkan
untuk membantu pasien mereka yang telah mengalami gangguan jiwa terkait cemas
dan depresi agar bisa tenang menghadapi kondisi ini serta komunitas yang lebih
besar untuk memahami dampak potensial dari virus serta tidak menjadi panik
karenanya dengan edukasi yang baik.
Banyak hal terkait kecemasan
akibat virus COVID-19 ini. Orang bisa mengalami rasa khawatir tentang kemungkinan
terinfeksi, khawatir tentang orang yang dicintai mengalami sakit, dan khawatir
ketika gejala terkait ada seperti mulai merasakan batuk dan pilek serta demam
padahal mungkin itu flu biasa. Tidak adanya pengobatan pasti untuk coronavirus
dengan mudah memperburuk kecemasan.
Kita juga bisa berempati lebih
besar kepada pasien yang mengalami gangguan cemas obsesif kompulsif. Mereka
yang memang pada dasarnya mengalami ketakutan akan kontaminasi terkait dengan gangguan
jiwanya, maka dengan adanya promosi terkait cuci tangan yang lebih sering untuk
mengurangi kemungkinan terkena virus COVID-19 akan bisa menambah kecemasan
terkait perilaku kompulsifnya sendiri.
Wabah COVID-19 saat ini memacu
rasa takut di tingkat masyarakat. Pada tingkat individu, itu dapat secara
berbeda memperburuk kecemasan serta menyebabkan masalah mental yang tidak
spesifik (misalnya, masalah suasana hati, masalah tidur, perilaku seperti
fobia, dan gejala seperti panik cemas). Maka dari itu marilah kita bersama-sama
mengurangi kekhawatiran yang tidak berdasar terkait virus COVID-19 ini dan
tidak menyebarkan berita yang tidak jelas dan benar sumbernya yang bisa semakin
menambah ketakutan dan memicu kepanikan masyarakat. Berikan kepercayaan kepada
otoritas seperti pemerintah dan kementerian kesehatan untuk bekerja sesuai
standar yang berlaku untuk mengurangi dampak dari infeksi virus COVID-19 ini.
Pesan saya bacalah sumber berita yang terpercaya terkait COVID-19 ini dan
janganlah menyebarkan berita tanpa dukungan data yang valid. Semoga kita semua
diberikan kesehatan. Tetap jaga imunitas tubuh kita dengan tidur yang cukup,
gizi yang seimbang, olahraga teratur dan kurangi stress. Salam Sehat Jiwa.
Sumber tulisan :
Psychiatrists Beware! The Impact of
COVID-19 and Pandemics on Mental Health by Nidal Moukaddam, MD, PhD, Asim Shah, MD
Minggu, 01 Maret 2020
14 Tahun Perjalanan Belajar Psikosomatik (2006-2020)
Saya mulai tertarik ke bidang psikosomatik di saat saya masih belajar untuk menjadi dokter spesialis kedokteran jiwa di FKUI tahun 2006. Saat itu saya mulai tertarik untuk mempelajari psikosomatik medis sebagai bagian dari pemahaman aspek biopsikososial ilmu kedokteran pada umumnya dan ilmu kedokteran jiwa pada khususnya. Saya mencari beberapa sumber dan memilih organisasi apa yang sekiranya perlu saya bernaung di dalamnya. Akhirnya pilihan saya adalah Academy of Psychosomatic Medicine dan American Psychosomatic Society. Pada Maret 2006 akhirnya saya bergabung di American Psychosomatic Society disusul Academy of Psychosomatic Medicine dua bulan setelahnya.
Saat 2010 saya mendapatkan bantuan dari American Psychosomatic Society untuk datang ke USA dan belajar dasar-dasar psikosomatik Medis. Saat itu saya sudah dua tahun sebagai psikiater dan sepulang dari sana saya akhirnya memutuskan untuk konsen di bidang psikosomatik medis ini. Saya mulai menulis dan melakukan edukasi baik di masyarakat dan kalangan medis terkait psikosomatik. Setiap tahun sampai 2014 saya mengikuti kursus lanjutan namun kali ini saya lakukan di Academy of Psychosomatic Medicine (APM). Pilihan ini karena APM lebih menekankan aspek klinis psikosomatik dalam pendekatan pelatihannya dibandingkan dengan American Psychosomatic Society (APS) yang banyak menekankan dasar-dasar psikosomatik. Keikutsertaan saya di kedua organisasi inilah yang melengkapi saya dalam mendalami psikosomatik.
Tahun 2013 atas sponsor dua profesor di Academy of Psychosomatic Medicine yaitu Prof Theodore Stern dari Massachusetts General Hospital (MGH) dan Prof Robert Boland dari Brigham Hospital, pengajuan saya sebagai fellow diterima oleh APM. Saya merupakan fellow pertama dari Indonesia dan ke-6 dari Asia di tahun 2013 itu. Sampai saat ini saya masih menjadi satu-satunya fellow wakil dari Indonesia di Academy of Psychosomatic Medicine yang berubah nama menjadi Academy of Consultation-Liaison Psychiatry (ACLP) pada tahun 2017.
Selain aktif belajar psikosomatik di organisasi psikosomatik diAmerika, saya juga berupaya mencari ilmu di organisasi psikosomatik Eropa, Internasional dan Asia seperti European Academy of Psychosomatic Medicine, International College of Psychosomatic Medicine dan Asean College of Psychosomatic Medicine (ACPM). Tahun 2011 saya pergi ke Seoul untuk menghadiri acara ICPM pertama saya sambil membawakan poster. Tahun 2015 di Glasgow dan tahun 2017 di Beijing saya mendapatkan kesempatan presentasi di sesi utama kongres dunia ICPM. Sedangkan untuk ACPM saya pernah presentasi di Fukuoka, Jepang, Seoul, Korea Selatan dan Jakarta, Indonesia. Pada tahun 2019 saya akhirnya berkesempatan untuk menghadiri acara EAPM pertama saya di Rotterdam, Belanda dan mempresentasikan poster ilmiah. Tahun 2020 ini juga rencananya saya akan ke Vienna, Austria untuk mengikuti kembali acara EAPM. Biasanya saat saya berada di acara seperti ini saya juga mempresentasikan hasil kerja saya di Indonesia.
Sejak tahun 2018 saya juga aktif untuk memberikan pengetahuan dan pelatihan psikosomatik untuk para dokter spesialis terutama dokter spesialis kedokteran jiwa dan penyakit dalam di beberapa workshop yang saya menjadi pembicaranya. Tahun 2018 saya melakukannya di acara Psychoneuroimmunology Meeting di Solo dan tahun 2019 di acara pertemuan Ilmiah Tahunan Psikiatri di Serpong, Banten. Tahun 2020 ini saya akan kembali melaksanakan workshop di acara Psychoneuroimmunology Meeting di Solo tiga minggu lagi.
Tahun ini juga saya berkesempatan untuk pergi ke Berlin untuk mengikuti Worskhop Psychosomatic Research and Practice in Cardiology and at the Workplace pada September nanti. Kasus jantung terkait dengan psikosomatik dan psikosomatik di tempat kerja pastinya banyak ditemukan dalam praktek dan tentunya topik pelatihan ini akan sangat berguna untuk saya sebagai praktisi dan pelatih psikosomatik di Indonesia.
Saya berharap niatan untuk terus memperbarui pengetahuan di bidang psikosomatik ini akan terus berlangsung dan juga berharap dapat memberikan sesuatu kepada masyarakat Indonesia hasil-hasil belajar saya selama ini. Salam Sehat Jiwa
Langganan:
Postingan (Atom)