Kamis, 16 November 2017

Malingering atau Berpura-Pura Sakit

Malingering atau Berpura-Pura Sakit
Oleh : dr.Andri,SpKJ,FAPM (Psikiater, Twitter : @mbahndi ) 


Malingering tidak dianggap sebagai gangguan jiwa. Buku Manual Diagnostik dan Statistik Gangguan Mental atau DSM-5 edisi terakhir terbitan American Psychiatric Association menyatakan malingering menerima kode V sebagai salah satu kondisi lain yang mungkin menjadi fokus perhatian klinis. Motivasi untuk malingering biasanya bersifat eksternal misalnya menghindari tugas militer atau pekerjaan, mendapatkan kompensasi finansial, menghindari tuntutan pidana, atau mendapatkan obat-obatan terlarang.

Jadi malingering adalah perilaku yang disengaja untuk tujuan eksternal yang diketahui. Ini tidak dianggap sebagai bentuk gangguan jiwa atau psikopatologi, meski bisa terjadi dalam konteks gangguan jiwa lainnya.

Latar Belakang 
Menurut DSM-5, malingering harus dicurigai dengan adanya kombinasi dari hal-hal berikut ini:

  1.       Masalah medikolegal (misalnya, seorang pengacara merujuk pasien, seorang pasien mencari kompensasi karena cedera)
  2.      Perbedaan yang ditandai antara tekanan yang diklaim dan temuan objektif
  3.       Kurangnya kerjasama selama evaluasi dan dalam mematuhi perlakuan yang ditentukan
  4.       Adanya gangguan kepribadian antisosial

Malingering sering dikaitkan dengan gangguan kepribadian antisosial dan ciri kepribadian histrionik. Pengamatan langsung yang berkepanjangan dapat mengungkapkan bukti berkelit karena sulit bagi orang yang berkomplot terkait malingering untuk menjaga konsistensi dengan klaim palsu atau berlebihan untuk waktu yang lama.Orang yang sedang berpura-pura biasanya tidak memiliki pengetahuan tentang bagaimana harus bersikap dalam menjaga kelainan pura-pura itu agar tampak benar-benar sakit.

Wawancara dan pemeriksaan yang berkepanjangan terhadap seseorang yang dicurigai adanya kelainan malingering dapat menyebabkan kelelahan dan mengurangi kemampuan orang yang sedang malingering untuk mempertahankan tipuan tersebut. Urutan pertanyaan yang cepat akan meningkatkan kemungkinan tanggapan yang kontradiktif atau tidak konsisten.
Misalnya pada orang yang melakukan kelainan psikotik, dia sering membesar-besarkan halusinasi dan delusi tapi tidak bisa meniru gangguan proses pemikiran formal. Mereka biasanya tidak dapat berpura-pura meniru afek tumpul khas pasien psikotik dan ganguan berpikir konkret. Mereka sering menganggap bahwa amnesia dan disorientasi adalah ciri psikosis.

Gambaran Keluhan, Pemeriksaan Fisik dan Mental

Orang malingering biasanya keluhannya berlebihan dan tidak sesuai dengan yang biasanya dikeluhkan pasien pada umumnya. Mereka juga sering kali menyatakan ketidaksetujuan jika dianggap keluhannya tersebut tidak sesuai anatomis fisiologis yang dipahami dalam dunia kedokteran. Jika diberikan obat pun terkadang orang yang malingering menunjukkan respon yang tidak sesuai. 

Pada Pemeriksaan Status Kejiwaan bisa dijumpai :

  1.          Sikap pasien terhadap dokter pemeriksaan seringkali tidak jelas atau mengelak.
  2.      Suasana hati mungkin mudah tersinggung atau bermusuhan.
  3. \  .     Isi pikir ditandai dengan sibuk merujuk terus menerus atau “keasyikan” dengan penyakit yang diklaim atau cedera.

Meskipun neuroimaging tidak dapat digunakan untuk penilaian diagnostik, subjek yang diinstruksikan untuk melakukan dengan sengaja pada tes kognitif seolah-olah mereka menderita cedera otak akibat gangguan memori, menunjukkan aktivasi yang lebih besar pada korteks prefrontal superior dan medial saat berpura-pura cedera dibandingkan dengan kinerja optimal. Pola spasial mengisyaratkan bahwa otak yang melakukan malingering harus berusaha lebih keras untuk mengingat jawaban yang benar dan untuk menekannya. Ini tentunya harus dikonfirmasi oleh dokter saraf dan dokter radiologi yang kompeten.

Apakah Perlu Perawatan medis?
Pendekatan yang lebih disarankan adalah untuk menghadapi orang tersebut adalah secara tidak langsung dengan mengatakan bahwa temuan objektif tidak memenuhi kriteria diagnosis dokter untuk diagnosis medis. Biarkan orang yang sedang malingering kesempatan untuk “menyelamatkan muka”.
Sebagai alternatif, dokter mungkin memberi tahu orang yang malingering itu bahwa mereka diharuskan menjalani tes invasif dan perawatan yang tidak nyaman.

Orang yang malingering hampir tidak pernah menerima rujukan kejiwaan dan keberhasilan konsultasi semacam itu juga minimal. Hindari konsultasi dengan spesialis medis lainnya karena rujukan semacam itu hanya menegaskan malingeringnya. 

Perlu ketegasan dokter dan upaya dari pihak medis tanpa dicampuri oleh pihak lain dalam menangani kasus malingering. Dokter juga perlu bekerja tanpa tekanan yang bisa mempengaruhi kebebasannya dalam melakukan pekerjaan dokter. Jika kasus seperti ini terjadi di Indonesia maka hal ini tercantum dalam Kode Etik Kedokteran Indonesia pasal 3 “ Dalam melakukan pekerjaan kedokterannya, seorang dokter tidak boleh dipengaruhi oleh sesuatu yang mengakibatkan hilangnya kebebasan dan kemandirian profesi”.
Semoga informai singkat ini bermanfaat. Salam Sehat Jiwa dan Raga

Referensi : 
Malingering in https://emedicine.medscape.com/article/293206-overview
Malingering in http://www.psychiatrictimes.com/forensic-psychiatry/malingering-key-points-assessment

Rabu, 08 November 2017

Jadwal Cuti (Update 9 Nov 2017)

1-2 Desember 2017

Senin, 4 Desember praktek hanya PAGI jam 08.00-12.00 (menerima hanya 15 pasien)

8-11 Desember 2017

Cuti Natal dan Akhir Tahun : 25-27 Desember 2017 

Selasa, 17 Oktober 2017

Ketergantungan Benzodiazepine Masih Jadi Momok di Praktek

Sebagai seorang praktisi di bidang psikiatri, masalah terkait dengan ketregantungan obat golongan benzodiazepine atau yang oleh awam lebih dikenal dengan istilah obat penenang memang masih menjadi salah satu momok. Obat-obat ini di Indonesia terdiri dari berbagai macam jenis dan merek yang berbeda. Alprazolam, Diazepam, Clobazam, Clonazepam, Estazolam, Bromazepam, Nitrazepam adalah sebagian nama generik obat-obat ini. Di satu pihak obat ini sangat bermanfaat dalam praktek, tetapi potensi ketergantungan dan penyalahgunaannya sangat besar.

Pasien dan Dokter Sama-Sama Tidak Paham
Sebenarnya masalah ini biasanya terkait ketidaktahuan dari pemakai obat yang sering juga dikarena ketidaktahuan dokter dalam meresepkan obat ini. Beberapa kali mendengar dari pasien bahwa awalnya pasien tidak memahami pemberian obat ini karena berada dalam racikan atau lebih sering sendiri pasien dulu mengulang resep tanpa sepengetahuan dokter yang meresepkan obat benzodiazepine ini. Sejatinya obat ini hanya diberikan dalam jangka pendek dengan dosis yang relatif kecil.
Masalah lain yang sering dialami juga adalah pasien sering tidak bisa mematuhi pengobatan dengan baik dan hanya menggunakan obat benzodiazepine yang berefek cepat dibandingkan obat lain yang diberikan misalnya obat antidepresan yang biasanya lebih lama didapat efeknya. Kenyataan ini sebenarnya bukan hanya terjadi di Indonesia. Pada kenyataannya di luar negeri juga banyak orang lebih menyukai menggunakan benzodiazepine yang lebih cepat efeknya daripada obat antidepresan. Jepang adalah salah satu negara pengguna benzodiazepine yang cukup tinggi bahkan dari informasi beberapa pasien yang pernah tinggal di sana dan berobat ke psikiater, di Jepang psikiater sangat mudah meresepkan benzodiazepine seperti etizolam yang sangat dikenal di sana. Bahkan jika sudah pernah diresepkan maka bisa beli tanpa resep di salah satu farmasi di sana.
Pasien dengan penggunaan benzodiazepine perlu ditanyakan dulu apakah memiliki riwayat penggunaan alkohol aktif dan penyalahgunaan narkotika. Kedua masalah ini sering membuat penggunaan benzodiazepine dosisnya menjadi berbeda. Pada beberapa kasus pasien yang menggunakan alkohol sehari-hari dan juga penyalahgunaan narkotika sering kali memerlukan dosis yang lebih besar dan akhirnya lebih rentan ketergantungan.

Pahami Obat dan Kerjanya
Benzodiazepine tidak bisa dipungkiri merupakan obat yang bermanfaat untuk pasien. Pasien dengan gangguan panik misalnya sangat mendapatkan manfaat dari penggunaan benzodiazepine yang biasanya digunakan untuk meredakan panik dan rasa cemas yang berlebihan.
Beberapa pasien dengan kesulitan tidur juga terbantu dengan penggunaan benzodiazepine yang mampu mengembalikan pola tidur yang baik. Hal ini tentunya sangat bermanfaat dalam produktifitas pasien dan juga mengurangi masalah lain termasuk kecelakaan akibat mengantuk.
Satu hal yang paling harus dipahami adalah dokter dan pasien sama-sama memahami potensi obat ini baik potensi baiknya maupun negatifnya. Hal ini untuk mencegah pasien ketergantungan akan obat ini tanpa solusi yang jelas.
Penggunaan obat benzodiazepine jangka panjang masih dimungkinkan namun ada baiknya dengan pengawasan dokter juga dengan penggunaan antidepresan yang biasanya mendampingi khususnya untuk masalah gangguan cemas. Hal ini bermanfaat untuk mengurangi potensi ketergantungan pasien di kemudian hari.
Jika sama-sama memahami obat benzodiazepine ini, niscaya obat ini akan sangat bermanfaat untuk perbaikan pasien dan juga untuk membantu praktek dokter sehari-hari. Semoga artikel ini bermanfaat. Salam Sehat Jiwa

dr.Andri,SpKJ,FAPM
Klinik Psikosomatik Omni Hospital Alam Sutera
www.psikosomatik.net









Minggu, 15 Oktober 2017

Jadwal Cuti Praktek (Update 16 Oktober 2017)

Sabtu, 28 Oktober 2017

1-2 Desember 2017

Senin, 4 Desember praktek hanya PAGI jam 08.00-12.00 (menerima hanya 15 pasien)

8-9 Desember 2017

Cuti Natal dan Akhir Tahun : 25-27 Desember 2017 

Sabtu, 09 September 2017

Satu Menit Yang Mencegah Kematian


Setiap tahun, lebih dari 800.000 orang meninggal karena bunuh diri dan 25 kali lebih banyak melakukan percobaan bunuh diri. Di balik statistik ini terdapat cerita individu dari mereka yang mempertanyakan nilai dari kehidupan mereka sendiri.
Masing-masing individu ini adalah bagian dari sebuah komunitas. Beberapa mungkin terhubung dengan baik ke komunitas ini, dan memiliki jaringan keluarga, teman dan rekan kerja atau teman sekolah. Orang lain mungkin kurang terhubung dengan baik, dan beberapa mungkin sangat terisolasi. Terlepas dari situasinya, masyarakat memiliki peran penting dalam mendukung mereka yang rentan terhadap upaya bunuh diri. 
Sentimen ini tercermin dalam tema Hari Pencegahan Bunuh Diri Sedunia 2017: "Take a Minute, Change A Life" yang dalam bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai "Luangkan satu menit, mengubah satu kehidupan". Ini selaras dengan tema Hari Kesehatan Sedunia "Depression : Let's Talk" yang telah dikumandangkan sejak 7 April 2017 lalu. Tema ini kembali menekankan fungsi dari mendengarkan dan memahami masalah yang berkaitan dengan depresi dan bunuh diri. 
Kita mengetahui bahwa depresi berhubungan dengan bunuh diri. Upaya bunuh diri, ide melakukan bunuh diri dan rasa ketidakmampuan yang mendorong ke arah pikiran bunuh diri berkaitan dengan diagnosis depresi. Sayangnya tidak banyak orang yang memahami depresi sebagaiu masalah medis kejiwaan yang berat dan lebih memandangnya sebagai suatu kondisi kesedihan biasa. Banyak orang juga ketika mendengar orang di sekitarnya mengatakan bahwa dia didiagnosis depresi akan lebih bersikap yang sering kali malah membuat orang dengan depresi menjadi enggan bercerita lebih banyak tentang kondisinya. Hal itu terkait stigma atau kurangnya pemahaman tentang depresi itu sendiri. 
Bagaimana Memahami Depresi dan Usaha Bunuh Diri Penderitanya
Dalam berbagai kesempatan dan informasi, orang-orang yang pernah berupaya bunuh diri menceritakan banyak hal untuk kita dengarkan tentang bagaimana kata-kata dan tindakan orang lain penting dalam mencegah mereka melakukan upaya bunuh diri. Mereka sering berbicara dengan geram tentang keadaan ketika mereka mencapai titik di mana mereka tidak dapat melihat alternatif lain selain menjalani hidup mereka sendiri, dan bagaimana keputusan untuk melakukan upaya bunuh diri menjadi suatu alasan untuk mengakhiri rasa sakit yang telah lama dialami.. Mereka sering menjelaskan bahwa mereka tidak ingin mati, melainkan menginginkan seseorang untuk campur tangan dan menghentikannya. Banyak yang mengatakan bahwa mereka secara aktif mencari seseorang yang akan merasakan keputusasaan mereka dan bertanya kepada mereka apakah mereka baik-baik saja. Sayangnya sering kali upaya tersebut tidak mendapatkan balasan.

Terkadang mereka mengatakan bahwa mereka membuat perjanjian dengan diri mereka sendiri bahwa jika seseorang bertanya apakah mereka baik-baik saja, mereka akan memberi tahu mereka semuanya dan membiarkan mereka turun tangan. Sayangnya, mereka sering mencerminkan bahwa tidak ada yang bertanya. Depresi memang tidak mudah dipahami bagia sebagian orang apalagi bagi orang yang tidak berempati.

Orang-orang yang pernah mencoba bunuh diri dan menceritakan kembali cerita ini sangat inspiratif. Para pelintas upaya bunuh diri ini menceritakan sampai pada titik di mana mereka mencoba untuk mengambil nyawa mereka sendiri, dan menceritakan tentang bagaimana melewatinya. Banyak dari mereka sekarang bekerja sebagai pendukung pencegahan bunuh diri seperti kita sering beberapa kali melihat di media. Kebanyakan dari mereka mengatakan bahwa jika ada seseorang yang bersedia meluangkan waktu satu menit saja, maka jalan lintasan yang mereka jalani bisa saja terganggu dan bisa membuat mereka menggagalkan upaya bunuh diri .

Pahami Depresi Cegah Bunuh Diri
Salah satu yang mungkin kita bisa lakukan adalah bagaimana kita bisa memahami depresi dengan baik. Informasi yang banyak ditemukan di berbagai media selayaknya menjadi sumber bagi kita untuk memahami lebih baik tentang depresi. Depresi bisa disembuhkan dan bunuh diri bisa dicegah. Kunci yang utama adalah empati. Empati yang mampu membuat kita mendengarkan dengan baik orang-orang terdekat kita yang mengalami depresi walaupun hanya satu menit saja. 
Salam Sehat Jiwa 

Rabu, 06 September 2017

Mencegah Anak Menjadi Korban Pedofilia

Mencegah Anak Menjadi Korban Pedofilia

Berita tentang pelecehan anak di bawah umur yang dianggap sebagai perilaku pedofilia sebenarnya tidak pernah berhenti. Artikel ini bertujuan memberikan gambaran singkat tentang apa yang dimaksud pedofilia.
Pedofilia adalah gangguan kejiwaan di mana orang dewasa atau remaja yang lebih tua mengalami daya tarik seksual secara eksklusif kepada anak-anak praremaja yang berusia 13 tahun atau lebih muda. Menurut pedoman diagnostik gangguan jiwa DSM 5 seseorang yang didiagnosis pedofilia harus berusia minimal 16 tahun, atau bagi remaja harus minimal lima tahun lebih tua dari anak praremaja yang dia tertarik secara seksual.

Pedofilia
dalam Diagnostik dan Statistik Manual Gangguan Jiwa (DSM-5) didefinisikan sebagai paraphilia yang melibatkan dorongan seksual yang intens dan berulang terhadap dan fantasi tentang anak-anak praremaja yang menyebabkan orang tersebut mengalami penderitaan dan menimbulkan masalah interpersonal. Setara dengan itu, dalam manual diagnosis yang lain yaitu The International Classification of Diseases (ICD-10) mendefinisikannya sebagai preferensi seksual untuk anak-anak dari prapubertas atau awal usia pubertas. Catatan di dalam DSM 5 menyatakan bahwa hubungan seksual antara seseorang di usia akhir remaja yaitu 15-18 tahun dengan anak remaja awal usia 12-13 tahun bukanlah disebut pedofilia.

Bahasan populer tentang pedofilia sering dikaitkan dikaitkan dengan ketertarikan secara seksual pada anak-anak atau tindakan pelecehan seksual anak. Hal ini tidak sepenuhnya tepat karena dalam kenyataan sehari-hari pelaku tindakan kekerasan atau pelecehan seksual pada anak tidak selalu memiliki ketertarikan secara ekslusif kepada anak prapubertas, juga di dalam literature dikatakan bahwa banyak kasus pedofilia tidak disertai penganiyaan anak.
Pedofilia pertama kali secara resmi diakui dan diberi nama pada akhir abad ke-19.
Beberapa penelitian yang dilakukan secara signifikan di area tersebut telah terjadi sejak tahun 1980-an. Meskipun sebagian besar didokumentasikan pada pria, ada juga wanita yang menunjukkan gangguan pedofilia ini. Sampai saat ini belum ada obat untuk mengobati pedofilia. Tidak ada obat untuk pedofilia yang selama ini dikembangkan. Penyebab pasti dari pedofilia juga belum diketahui. Beberapa penelitian pedofilia di pelaku kejahatan seks anak telah berkorelasi dengan berbagai kelainan neurologis di otak dan patologi psikologis.

Apa yang bisa dilakukan untuk melindungi anak kita?

1. Percaya kepada apa yang dikatakan anak kita. Ketika anak-anak mengungkapkan mereka mengalami pelecehan seksual mereka mengatakan kebenaran hampir 95-98 persen
2. Pelecehan seksual terjadi ketika seorang anak sendirian dengan pedofil di dalam mobil, toilet, ruang kelas kosong atau lorong, atau bahkan di daerah tersembunyi dari tempat umum seperti kantong tidur bersama di saat kamping bersama atau bioskop yang gelap. Hindari membiarkan mereka sendirian tanpa pengawasan orang tua.
3. Orang dewasa yang tidak dikenal tidak diperbolehkan memiliki komunikasi pribadi dengan anak kita melalui SMS, WA, BBM, email, panggilan telepon, atau sendirian dengan mereka. Jangan lupa masalah kekerasan seksual pada anak juga bisa melibatkan orang terdekat dari si anak sendiri seperti pamannya.
4. Pastikan anak kita tahu dan menggunakan kata-kata yang benar untuk bagian pribadi mereka: penis, vagina, skrotum, testis, anus, payudara, puting, dll Jika mereka mulai merujuk ke vagina mereka sebagai sesuatu yang bisa “dimakan" atau dinikmati, kita harus mulai menanyakan secara detil kepada anak kita tentang siapa yang mengatakan hal tersebut pertama kepada mereka.
5. Situasi rumah tangga yang rentan ; besar tanpa seorang ayah yang peduli untuk mereka, atau dengan orang tua sibuk yang membiarkan mereka pergi ke berbagai tempat sendiri, keluarga bercerai atau bahkan keluarga dengan orangtua yang sakit keras. Seorang anak yang sedih, kesepian, atau konflik lebih mudah untuk dimanipulasi oleh pedofil.
6. Ketika anak mulai bercerita masalah terkait pengalaman yang sekiranya bernuansa seksual, jangan bereaksi berlebihan terlebih dahulu. Dengarkan mereka sampai habis agar kita mendapatkan cerita yang jelas. Reaksi kita yang berlebihan akan membuatnya diam dan memilih untuk menyimpan sendiri cerita detilnya.
7. Bawa anak kita ke pusat rehabilitasi atau crisis center yang ditangani oleh profesional terlatih (psikiater, psikolog anak, psikolog klinis, pekerja sosial terlatih) di bidang ini. Kesulitan bercerita pada anak karena sering kali mereka merasa tertekan dan dipaksa untuk membahas terus menerus kondisi hal tersebut oleh orang sekitarnya termasuk orang tua. Laporan anak seharusnya didapatkan dari satu kali cerita yang didengarkan oleh orang yang memahami bagaimana memperoleh nformasi dari anak-anak yang mengalami masalah pedofilia atau kekerasan seksual. Laporkan ke polisi bersama dengan bantuan dari teman di crisis center tersebut.
Kewaspadaan kita kepada anak-anak kita tentunya perlu berlaku proporsional. Kekangan yang terlalu ketat juga tidak baik untuk perkembangan mentalnya ke depan. Hati-hati terhadap lingkungan sekitar yang mempunyai potensi perlu terus ditekankan. Pelaku pedofilia bisa di mana saja berada, bahkan di sekitar kehidupan si anak sehari-hari. Hanya kewaspadaan yang baik dan pendidikan yang baik kepada anak yang bisa sedikit mengurangi risiko dari tindakan pelaku pedofilia. Semoga artikel ini bermanfaat. Salam Sehat Jiwa




Rabu, 23 Agustus 2017

Kisah Dumolid dari Balik Praktek Dokter

Dumolid kembali menjadi pembicaraan. Tentunya ini terkait dengan pemberitaan artis TS bersama istrinya yang kedapatan memiliki obat ini di rumahnya. Dumolid sebenarnya bukan obat baru. Obat yang mengandung Nitrazepam ini saat saya masih SMP-SMA lebih dikenal dengan merek MOGADON atau di jalan lebih dikenal dengan sebutan NIPAM. Kategori obat ini adalah golongan Benzodiazepin dan dalam UU Psikotropika di Indonesia termasuk Psikotropika Golongan IV. Ini artinya Dumolid bisa digunakan dalam praktek sebagai obat dalam pengawasan dokter ahli yang biasanya adalah seorang psikiater. Indikasi atau kegunaan obat ini adalah untuk mengatasi insomnia yang berat. Dalam buku MIMS biasanya dituliskan bahwa indikasi obat ini adalah untuk insomnia pada depresi. 
Dumolid sendiri bukan satu-satunya obat tidur, bahkan dalam literatur terbaru biasanya penggunaan obat ini sebagai obat tidur sudah tidak dimasukkan lagi dalam petunjuk terapi insomnia lini pertama. Saat ini dokter lebih disarankan menggunakan obat golongan Z untuk tidur seperti Zolpidem (yang dijual di Indonesia dan harus dengan resep dokter). 
Dumolid Bukan Hanya Obat Tidur
Saya pernah beberapa kali menemukan pasien dengan masalah penggunaan obat dumolid ini, anehnya mereka kebanyakan menggunakan Dumolid bukan untuk tidur tetapi malah untuk melakukan aktivitas. Tujuan mereka untuk menggunakan Dumolid adalah agar menjadi lebih tenang dan percaya diri. Saya memiliki beberapa kasus terkait ini, di antaranya adalah seorang mahasiswi yang menggunakan Dumolid ketika ingin tampil presentasi di hadapan teman-temannya. 
Dia mengenal Dumolid dari temannya yang mengatakan bahwa obat ini bisa meningkatkan kepercayaan diri. Sebenarnya mahasiswi ini mengalami Fobia Sosial yaitu suatu gangguan kecemasan di mana seseorang takut berada di situasi yang dirinya menjadi pusat perhatian, sayangnya dia lebih memilih jalan singkat untuk menggunakan dumolid dan akhirnya mengalami ketergantungan. Anehnya menurut dia banyak mahasiswa lain juga menggunakan obat ini untuk menambah kerja dan semangat saat melakukan pekerjaannya. 
Saya meyakini sebenarnya kebanyakan dari pengguna adalah pasien gangguan cemas yang mendapatkan efek ketenangan yang luar biasa saat menggunakan dumolid. Ada pula pasien yang pernah menggunakan DUmolid sampai tiga kali dalam sehari dan itu membuatnya bisa tetap bekerja tanpa lelah. Efeknya sangat berbeda dengan indikasi yang utamanya bukan? 
Perbedaan efek ini sebenarnya dikaitkan dengan fungsi utamanya sebagai obat yang memberikan efek hipnotik (menidurkan) namun pada beberapa pasien ternyata lebih membuat efek menenangkan yang luar biasa. Penggunaan dosis besar juga pengaruh terhadap hal yang berkaitan dengan obat ini. Untuk itu penggunaan obat seperti Dumolid dan benzodiazepine lainnya harus atas petunjuk dokter ahli seperti psikiater. 
Sudah Jarang Masuk Resep
Saya dalam praktek sehari-hari sudah tidak lagi meresepkan obat Dumolid kepada pasien, ini juga karena ketersediaannya di apotek dan rumah sakit sudah sulit. Lagipula mengobati pasien Insomnia tentunya lebih baik mengobati dasar gejala insomnianya dan menjauhkan diri dari obat-obat yang sulit dilepas nantinya.
Masih banyak pilihan obat lain yang bisa digunakan. Anehnya obat ini masih tersedia di situs-situs "lapak obat" di internet. Anda bisa cukup ketik di google "jual dumolid murah" maka akan banyak rujukan ke situs atau blog penjual obat golongan benzodiazepine (penenang). Biasanya mereka menjual dengan harga 3-5 kali lipat lebih mahal daripada harga aslinya dan belum tentu asli. Tentunya obat palsu sangat berbahaya buat kesehatan. 
Saya berharap bahwa pemerintah juga bisa waspada terhadap penjualan obat online yang sangat membahayakan. Saya sudah pernah mention atau menulis di media tentang hal ini namun sama sekali tidak ada tanggapan. Satu hal yang perlu diperhatikan juga jangan sembarangan dalam menggunakan obat apalagi obat penenang yang seharusnya dalam pengawasan dokter. 
Jika kita menggunakan dan memiliki obat golongan psikotropika tanpa adanya petunjuk dan resep dokter maka kita bisa disebut menyalahgunakan obat psikotropika dan di Indonesia bisa dikenakan hukuman sesuai UU yang berlaku. Jika memang mengalami gangguan kecemasan, datanglah ke psikiater terdekat untuk mendapatkan pengobatan yang tepat! Salam Sehat Jiwa. (Twitter : @mbahndi)
Sumber tulisan dari Kompasiana dr.Andri,SpKJ,FAPM http://www.kompasiana.com/psikosomatik_andri/59850fc88342a50e256f2792/kisah-dumolid-dari-balik-praktek-dokter

Selasa, 08 Agustus 2017

Perubahan Jadwal Praktek Sementara dan Cuti Praktek

Sabtu 12 Agustus 2017 : Praktek Pagi berubah menjadi SORE jam 15.00-18.00 

Cuti Praktek 18-19 Agustus 2017 

Selasa 22 Agustus 2017 : Praktek Pagi Tidak Ada, Praktek Sore jam 15.30-20.00 

Kamis, 06 Juli 2017

Perubahan Jadwal Praktek Sementara

Yth Bapak Ibu

Di bawah ini adalah perubahan jam praktek sementara yang hanya berlaku untuk hari yang dimaksud.

Rabu, 19 Juli 2017 : PRAKTEK SORE dipindahkan menjadi PRAKTEK PAGI jam 09.00-12.00. Praktek Sore tetap ada hanya digeser ke jam 19.00-20.00 (menerima 6 pasien saja)

Sabtu, 22 Juli 2017 : PRAKTEK PAGI dipindahkan menjadi PRAKTEK SORE jam 15.00-18.00 (menerima maksimal 20 pasien) 

Demikian pengumuman ini dibuat agar menjadi perhatian

Terima kasih 
dr.Andri

Minggu, 02 Juli 2017

Jadwal Praktek Terbaru per 3 Juli 2017


PAGI
Senin, Selasa, Kamis : 09.00 — 12.00
Sabtu : 08.00 — 13.00

SORE
Senin, Selasa, Kamis : 16.00 — 20.00
(Pasien dibatasi 12 orang)

Rabu dan Jumat : 15.30 — 20.00
(Pasien dibatasi 15 orang)

Informasi : (021) 29779999


Rabu dan Jumat Pagi TIDAK ADA PRAKTEK


Jumat, 23 Juni 2017

Update Informasi Praktek (24/6/2017 jam 13.40)

Update Informasi Praktek (24/6/2017 jam 13.40)

Saya mulai praktek Jumat, 30 Juni 2017 dengan jadwal sore seperti biasa.
Sabtu pagi 9-12

Jumat, 02 Juni 2017

CUTI PRAKTEK (Update 3 Juni 2017)

Cuti Praktek 

21-28 Juni 2017 

Kamis, 29 Juni 2017 SUDAH PRAKTEK SEPERTI BIASA KEMBALI 

26-29 Juli 2017 
18-19 Agustus 2017
13-16 September 2017
8-13 Oktober 2017

Terima kasih 
Klinik Psikosomatik OMNI Hospitals Alam Sutera 
Telp (021) 29779999 

Senin, 15 Mei 2017

Tarif Konsultasi Psikiater di RS OMNI Alam Sutera (per Januari 2018)

Rp.400.000 - Rp. 500.000 ( konsultasi antara 10-30 menit, di luar biaya administrasi Rp. 50 ribu dan obat-obatan).

Sabtu, 29 April 2017

Anxiety and Somatic Symptoms in Depression (AsCNP 2017, Bali, Indonesia)

Perubahan Praktek dan Cuti Bulan Mei 2017

Kepada Yth
Bapak/Ibu Pasien Klinik Psikosomatik RS OMNI Alam Sutera

Perubahan Jam Praktek 

Selasa, 23 Mei 2017 : Praktek lebih awal jam 08.00-14.00 (menerima 25 pasien)

Cuti Praktek 

Senin, 22 Mei 2017
Rabu s.d. Sabtu 24-27 Mei 2017

Terima Kasih Atas Perhatiannya

dr.Andri,SpKJ,FAPM

Sabtu, 01 April 2017

Gangguan Cemas Menyeluruh Bisa Disembuhkan

Gangguan Cemas Menyeluruh Bisa Disembuhkan
oleh : dr. Andri, SpKJ (Klinik Psikosomatik Omni Hospitas, Alam Sutera)

Kemarin saat praktek saya kembali menemui pasien yang cukup baik hasil terapinya. Pasien laki-laki usia 50 tahun dengan keluhan kecemasan yang banyak dialami terkait dengan segala aspek kehidupan. Pasien juga terkadang mengalami serangan panik walaupun tidak khas seperti pada pasien gangguan panik. Saat Januari 2017 datang pertama kali pasien nampak gelisah, masih ada keraguan mengungkapkan ceritanya dan masih dibantu istrinya untuk menjelaskan maksud kedatangannya. Gejala cemas menyeluruh khas dirasakan pasien, sayangnya hal ini sampai membuat pasien tidak berkeinginan ke mana-mana karena rasa khawatirnya. Gangguan Cemas Menyeluruh adalah diagnosis pasien saat itu.
Saya biasa memulai terapi dengan dosis kecil antidepresan SSRI dan benzodiazepine waktu paruh yang panjang. Dua minggu setelah pemberian obat masih belum tampak perubahan yang signifikan, dosis dinaikan sampai setengahnya dan dilihat satu bulan ke depan. Perbaikan setelah bulan ke dua sudah mulai dirasakan namun belum optimal. Saat itu diputuskan untuk menggunakan dosis optimal antidepresan SSRI satu tablet namun anticemas benzodiazepine sudah tidak digunakan lagi. Kemarin saat konsul kembali untuk yang ke empat kali pasien sudah merasakan perbaikan signifikan. Pasien sampai mengatakan bahwa sepertinya dia lupa dulu mengalami gejala seperti apa. Pengobatan hanya dengan obat antidepresan saja dan direncanakan untuk dilanjutkan sampai tiga bulan ke depan.
Kasus seperti ini banyak didapatkan dalam praktek saya sehari-hari namun tidak semua pasien memiliki respon yang sama. Sering kali ada yang lebih panjang pengobatannya atau obat yang digunakannya pun tidak selalu sama.
Semoga bermanfaat. Salam Sehat Jiwa

Sabtu, 25 Maret 2017

Jadwal Cuti dan Perubahan Jam Praktek Sementara

Yth Pasien Klinik Psikosomatik
RS OMNI Alam Sutera

Perubahan Jam Praktek Sementara Khususnya di Sabtu 

Sabtu, 22 April 2017 : Praktek jam 14.30-17.00 ( terima 25 pasien ) 


Jadwal Cuti :
28-29 April 2017 : Presentasi di Asian College of Psychopharmacology di Bali 
Senin, 22 Mei 2017 : pertemuan Indonesia Digestive Disorder Week di Bali 
24-27 Mei 2017 : CUTI KELUARGA

Terima Kasih 

Jumat, 17 Maret 2017

Kita Semua Rentan Depresi

Oleh : dr.Andri,SpKJ,FAPM (Psikiater Klinik Psikosomatik Omni Hospital Alam Sutera. Twitter : @mbahndi) 

Saat menuliskan tulisan ini saya sedang berada di Malang, Jawa Timur dalam rangka menghadiri Konfrensi Nasional Psikoterapi yang ke-VI. Semalam saat baru saja hendak pulang menuju hotel, saya membaca "mention" di Twitter saya @mbahndi yang mengatakan ada kasus bunuh diri yang disiarkan langsung lewat Facebook Live oleh pelakunya. Video FB Live tersebut menjadi tontonan baik di Facebook dan Youtube. Link dari salah satu harian online yang memuat berita tersebut juga ditautkan pada "mention" tersebut. Saya kemudian langsung berinisiatif segera. Saya langsung menuliskan status di Twitter dan Facebook saya menghimbau agar teman-teman di lingkaran pertemanan dan follower saya tidak ikut menonton dan menyebarkan video tersebut disertai peringatan hati-hati bagi yang sedang tidak sehat jiwanya untuk menonton video tersebut. Kabar terakhir video tersebut tidak lagi bisa ditonton di Facebook. 

Pemberitaan mengatakan pelaku bunuh diri ini sedang mengalami kesusahan sejak ditinggal istrinya. Dia meniatkan video ini sebagai kenang-kenangan untuk istrinya. Bunuh diri bisa terjadi pada beberapa kasus gangguan kejiwaan terutama sekali adalah gangguan depresi. Gejala depresi yang utama adalah mood atau suasana perasaan hati yang menurun dan tidak adanya harapan akan kehidupan atau rasa putus asa.  Kondisi ini ditambah dengan gejala lain seperti susah konsentrasi, perasaan malas dan tidak bertenaga, tidak nafsu makan atau sebaliknya berlebihan makan, gangguan tidur dan sering ada ide bunuh diri. Gejala ini berlangsung sekurangnya dua minggu yang mengganggu fungsi sosial dan pribadi yang mengalaminya maka diagnosis depresi bisa ditegakkan. 

Angka kejadian depresi secara global berkisar antara 10-20% dari berbagai penelitian. Kondisi depresi meningkat dua kali lipatnya pada pasien yang juga mengalami gangguan medis kronis dan juga lansia. Perempuan dikatakan dua kali lipat lebih rentan depresi dibandingkan pria. Indonesia sendiri berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 dikatakan ada sekiat 6% penduduk atau sekitar 16 juta jiwa (dari 236 juta responden riset) mengalami gangguan mental emosional (depresi dan cemas). Ini hanya yang dilaporkan dari data yang masuk sedangkan kita sering mengetahui bahwa masalah gangguan jiwa seperti fenomena gunung es yang keliatannya kecil tapi sebenarnya menyimpan potensi yang besar di dalamnya yang tidak terlihat. 

Badan Kesehatan Dunia WHO sendiri pun menyadari hal ini sehingga pada hari kesehatan jiwa sedunia 7 April 2017 nanti tema yang dipilih adalah Depression : Let's Talk. Ini dikarenakan karena masih banyak orang di luar sana yang mengalami depresi tetapi tidak mau bicara. Mereka sering kali malu untuk mengungkapkan perasaan depresi mereka dan sering kali menyimpannya sendiri. Beberapa kesulitan dalam mengungkapkan perasaan depresinya karena stigma yang melekat bahwa depresi artinya lemah. Beberapa di antara kita memang sering menganggap orang yang depresi artinya orang yang tidak bersyukur, kurang iman dan kurang sabar. Padahal depresi adalah gangguan medis yang bisa terjadi pada siapa saja karena bebagai macam faktor pencetus terutama masalah di otak orang yang mengalami. Penelitian telah membuktikan adanya kadar zat kimiawi di otak yang berkurang serta kelainan kondisi terkait otak. 

Depresi perlu dikenali sejak awal. Bunuh diri terkait depresi juga perlu dikenali gejalanya. Sering kali kita khawatir menanyakan apakah ada keinginan mengakhiri hidup karena takut malah dianggap memicu depresi. Dokter dan profesional di kesehatan jiwa seperti psikiater dan psikolog perlu menanyakan semua pasien depresi tentang adanya ide bunuh diri pada pasien depresi. Walaupun pada beberapa pustaka dikatakan bunuh diri tidak dapat diprediksikan tetapi mungkin dengan membicarakan tentang ide bunuh diri pada pasien depresi bisa setidaknya memberikan pandangan yang lebih baik kepada pasien. Kita semua rentan depresi. Kehidupan yang ketat dan penuh dengan stres bisa memicu terjadinya depresi. Mari jaga kesehatan jiwa kita dan jika mengalami gejala depresi jangan ragu untuk berobat. Semoga artikel ini membantu. Salam Sehat Jiwa 

http://www.kompasiana.com/psikosomatik_andri/kita-semua-rentan-depresi_58cc7b444ef9fd6d2c02c7ca

Kamis, 19 Januari 2017

Stres Boleh Sama, Respon Tiap Orang Beda!

Kita mungkin pernah berpikir mengapa stres yang sama bisa memberikan respon yang berbeda untuk setiap orang. Jika seorang pasien mengatakan bahwa Bos-nya adalah sumber stres dia, saya kadang bertanya berapa banyak si Bos punya anak buah, berapa banyak di antara anak buah si Bos yang juga mengalami stres seperti pasien? Biasanya pasien akan merenung dan menjawab tidak semua memiliki respon seperti dirinya.
Stres bisa merupakan suatu respon yang membuat kita lebih baik. Ketika dihadapkan dengan suatu masalah, stres akan membuat kita lebih berpikir dan berusaha keluar dari masalah tersebut. Itulah yang dinamakan mekanisme adaptasi diri terhadap stres. Saat pemicu stres hilang, diharapkan respon adaptasi stres kita juga menghilang. Respon adaptasi adalah suatu cara untuk menjaga keseimbangan diri kita.
Lalu bagaimana bisa stres yang sama menimbulkan respon yang beda di tiap orang? Banyak faktor yang mempengaruhi. Selain faktor genetik bawaan, kepribadian dan proses belajar, lingkungan pendukung juga membedakan respon stres seseorang.
Ada orang yang memang terlahir memiliki kemampuan daya tahan stres yang baik, terlihat sejak kecil bagaimana individu tersebut merespon kondisi stres sehari-hari. Pola asuh orang tua membuat perbedaan ciri kepribadian yang biasanya mencapai matang di usia 18 tahun. Walaupun dipengaruhi faktor bawaan juga, pola asuh orang tua sangat mempengaruhi cara si anak untuk belajar beradaptasi dengan lingkungan dan stres di sekelilingnya. Faktor lain adalah lingkungan pendukung. Jika sekiranya lingkungan cukup mendukung maka biasanya respon stres seseorang juga akan lebih mudah daripada tidak ada faktor pendukung sama sekali.
Di sinilah perbedaan akan menghasilkan perbedaan dalam cara adaptasi individu juga terhadap stres. Semoga ulasan sedikit ini bermanfaat. Intinya jangan pernah lelah untuk belajar beradaptasi terhadap lingkungan di sekitar kita dan kemungkinan pemicu stress yang mengelilinginya. Salam Sehat Jiwa (Twitter : @mbahndi)

Selasa, 10 Januari 2017

Kita Semua Bisa Alami Masalah Kejiwaan

Kita Semua Bisa Alami Masalah Kejiwaan
Oleh : Dokter Andri Psikiater
Kebanyakan orang ketika mendengar kata gangguan jiwa pikirannya langsung ke suatu kata "GILA". Beberapa pasien pernah mengatakan ketika dirinya disarankan untuk menemui psikiater, yang ada dalam pikirannya adalah "Memangnya saya GILA?".
Banyak orang tidak menyadari bahwa sebenarnya semua dari kita mempunyai kerentanan untuk mengalami masalah kejiwaan. Jika saya sebutkan definisi kesehatan jiwa menurut WHO saja mungkin saat anda membaca status ini, tidak semuanya sedang dalam keadaan Sehat Jiwanya. Coba kita Tengok,
1. Apakah anda saat ini merasa SEHAT dan BAHAGIA?
2. Apakah anda saat ini merasa mampu menghadapi TANTANGAN HIDUP?
3. Apakah anda saat ini mampu berpikir positif tentang diri anda dan orang lain?
Jika anda bisa mengatakan YA untuk semua pertanyaan di atas maka anda dalam keadaan SEHAT JIWA.
Tetapi apakah hal tersebut selalu akan anda alami? Belum tentu karena kondisi SEHAT JIWA adalah kondisi yang dinamis, Ada saat-saat tertentu orang itu bisa mengalami masalah dalam kejiwaannya dan saat itu dia sedang dalam Kondisi TIDAK SEHAT JIWA. Saya pun pernah berada dalam posisi itu, saya yakin kebanyakan dari anda juga demikian.
Apakah semua orang yang mengalami masalah kejiwaan disebut mengalami gangguan jiwa ? Tentu tidak. Untuk didiagnonis gangguan jiwa orang harus memenuhi kriteria diagnosis tertentu dan tidak semua orang memenuhi kriteria itu walaupun mungkin mengalami gejala gangguan kejiwaan. Misalnya ada orang yang merasakan gejala-gejala depresi tapi hanya dua hari, maka diagnosis gangguan depresi tidak bisa disematkan pada orag tersebut.
Ini artinya kita semua sebenarnya mempunyai kerentanan untuk mengalami masalah kejiwaan karena tidak mungkin kita sebagai manusia tidak mempunyai masalah. Jadi jika mengalami masalah kesehatan jiwa, itu adalah sesuatu yang wajar kan?
Semoga kita semua SEHAT JIWA. Salam Sehat Jiwa

Selasa, 03 Januari 2017

Stigma

Stigma
Oleh : Dokter Andri Psikiater
Semalam ada pasien dengan masalah dispepsia fungsional yang datang atas konsulan dokter Ari Fahrial Syam SpPD, KGEH seorang konsultan di bidang gastrointestinal yang memang sering bekerja sama dalam penanganan pasien untuk masalah psikosomatik lambung. Pasien bercerita bahwa kedatangannya agak tertunda walaupun sudah dikonsulkan oleh dokter Ari sejak awal November. Salah satu penyebabnya adalah pasien sempat ke dokter lain dan dikatakan tidak perlu ke psikiater karena nanti bisa bikin ketergantungan obatnya.
Kondisi seperti sudah sering saya hadapi dalam praktek sehari-hari. Stigma terhadap terapi psikiater dengan penggunaan obatnya memang bukan hanya ada di kalangan masyarakat awam tetapi juga di kalangan praktisi kesehatan. Ada kesan bahwa pengobatan psikiater dengan obat-obat psikofarmakanya itu tidak perlu dalam terapi paikiatri. Obat-obatan itu semua bikin ketergantungan dan tidak memperbaiki dalam terapi. Padahal secara ilmiah sudah terbukti khasiat obat tersebut.
Hal ini mungkin juga disebabkan karena kebanyakan dari kita masih berpikir bahwa obat psikiater pasti obat penenang yang membuat otak menjadi lamban alias "bego". Padahal banyak obat jenis lainnya seperti antidepresan, antipsikotik, mood stabilizer, dan obat anticemas.
Masalah ketergantungan sendiri kadang sulit dilepaskan dari pengobatan psikiater karena banyak yang belum memahami bahwa sebenarnya ada beberapa pasien gangguan jiwa yang memerlukan pengobatan seumur hidup seperti pada pasien Skizofrenia, gangguan Bipolar dan juga Gangguan depresi yang sering kambuh dan membahayakan diri pasien. Hal ini sebenarnya tidak beda dengan pasien jantung, darah tinggi, kencing manis atau diabetes dan beberapa gangguan medis lainnya yang membutuhkan pengobatan seumur hidup.
Itulah yang membuat saya sampai saat ini masih menulis dan kadang membuat video YouTube tentang masalah kejiwaan. Stigma yang melekat kuat di psikiatri adalah hal yang memang masih ada dan harus tetap diperjuangkan agar makin banyak orang yang memahaminya termasuk dokter.
Semoga kita bersama bisa mengurangi stigma pada pengobatan psikiatri. Salam sehat jiwa