Sabtu, 24 Maret 2018

Terapi Depresi Yang Optimal dan Segera

Bersama pembicara saat diskusi (dok.pribadi)


Saat saya menuliskan artikel ini saya sedang berada di Bandara Juanda di Sidoarjo, Jawa Timur untuk menuju Cengkareng setelah menyelesaikan tugas siang tadi memberikan presentasi di depan psikiater dan calon psikiater di Surabaya. Topik kali ini berkaitan dengan terapi depresi yang optimal dan segera. Selain saya, ada beberapa pembicara lain dalam seminar Manajemen Depresi dan Cemas kali ini yaitu Dr.dr.Margarita Maramis,SpKJ(K) dan dr.Agustina Konginan,SpKJ(K) dari UNAIR serta pembicara tamu Profesor Toba Oluboka, psikiater dari Universitas Ontario, Kanada.

Topik yang saya bicarakan memang kali ini lebih mengarah kepada terapi obat untuk pasien depresi yang optimal dan segera. Seperti telah diketahui bahwa pasien depresi sendiri sering kali tidak mematuhi pengobatan yang disarankan oleh psikiaternya. Hal ini disebabkan salah satunya oleh ketakutan pasien akan pengobatan psikotropika dan juga karena menganggap depresi seperti gangguan medis infeksi yang bisa sembuh dengan pengobatan singkat. Kenyataannya depresi membutuhkan terapi jangka panjang dan sering kali seumur hidup.

Masalah terkait dengan pengobatan depresi memang sering kali menyebabkan pasien sendiri mengalami perasaan tidak nyaman. Hal ini dikaitkan dengan kecenderungan pasien melepaskan pengobatan di awal bulan pertama pengobatan. Penelitian mengatakan bahkan 28% pasien menghentikan obat di bulan pertama pengobatan dan lebih dari 60% pasien menghentikan obat di 6 bulan pertama pengobatan. Kondisi ini tentunya akan meningkatkan risiko keberulangan yang sudah cukup tinggi di pasien depresi.

Adakah Obat Depresi Yang Cocok Untuk Semua Pasien?

Pasien yang mengalami depresi jika mereka berobat ke psikiater tentunya akan menjalani pengobatan. Terapi yang dilakukan psikiater biasanya akan berhubungan dengan terapi obat dan terapi psikologis atau psikoterapi. Pengobatan yang diberikan biasanya berupa pengobatan antidepresan yang biasanya diberikan di awal sejak pertemuan pertama saat diagnosis ditegakkan. Beberapa rekomendasi obat lini pertama yang terbukti secara penelitian biasanya akan diberikan kepada pasien namun tidak semua pasien akan mendapatkan respon terapi yang sama.

Respon terapi yang berbeda bisa disebabkan oleh banyak faktor. Selain faktor genetik bawaan, keparahan depresi, riwayat depresi atau gangguan jiwa sebelumnya dan juga jenis gejala yang dialami pasien bisa membuat perbedaan dalam keberhasilan terapi. Sering kali kita menemukan dalam praktek bahwa pasien berasal dari latar belakang yang berbeda ditambah dengan kepatuhan yang berbeda.

Pada dasarnya obat yang beredar di masyarakat untuk pengobatan depresi secara ilmiah terbukti mampu memperbaiki gejala depresi. Perbedaan yang biasanya dikaitkan dalam terapi depresi adalah kemampuan pasien untuk beradaptasi dengan obat yang diberikan. Pilihan dokter biasanya adalah obat-obat yang mampu ditoleransi baik oleh pasien dan biasanya terbukti efektif dalam mempebaiki gejala depresi. Untuk sampai pada kondisi ini sering kali dokter harus mengubah pengobatan bahkan di minggu-minggu pertama.

Perbaiki Gejala Pasien Depresi Segera!

Kita memahami bahwa depresi membawa dampak yang tidak baik buat pasien. Kualitas hidup pasien akan menurun dengan adanya gejala depresi. Gejala suasana perasaan yang menurun, putus asa, susah konsentrasi, sulit tidur atau kebanyakan tidur dan sering kali keluhan fisik yang tidak jelas dasarnya adalah sebagian besar gejala depresi yang mengganggu kehidupan pasien yang menderitanya. Kondisi ini tentunya tidak bisa terlalu lama dibiarkan.

Dokter jiwa dalam hal ini perlu melakukan upaya segera setelah diagnosis ditegakkan. Setelah pasien didiagnosis langkah selanjutnya adalah memberikan terapi obat pada pasien untuk membantu menyeimbangkan sistem saraf dan neurotransmitter di otaknya. Obat yang akan dipilih biasanya adalah obat yang telah terbukti secara penelitian dengan dosis awal yang biasanya setengah dari dosis optimal. Ketika dalam terapi ternyata setelah dua minggu pasien tidak mendapatkan perbaikan maka dosis ditingkatkan ke dosis optimal sambil terus dilihat apakah pasien cukup toleransi dengan efek samping yang mungkin timbul. Jika dalam empat minggu dosis optimal tidak juga tercapai perbaikan maka kita perlu segera mencari alternatif terapi lainnya atau dalam hal ini mengganti obat.

Hal tersebut bertujuan untuk mencapai fase pulih yang lebih segera dan mampu untuk mengembalikan fungsi pasien dengan lebih baik. Harapannya tentu agar kualitas hidup pasien akan meningkat kembali. Semoga artikel ini bermanfaat. Salam Sehat Jiwa

Tidak ada komentar: