Rabu, 06 September 2017

Mencegah Anak Menjadi Korban Pedofilia

Mencegah Anak Menjadi Korban Pedofilia

Berita tentang pelecehan anak di bawah umur yang dianggap sebagai perilaku pedofilia sebenarnya tidak pernah berhenti. Artikel ini bertujuan memberikan gambaran singkat tentang apa yang dimaksud pedofilia.
Pedofilia adalah gangguan kejiwaan di mana orang dewasa atau remaja yang lebih tua mengalami daya tarik seksual secara eksklusif kepada anak-anak praremaja yang berusia 13 tahun atau lebih muda. Menurut pedoman diagnostik gangguan jiwa DSM 5 seseorang yang didiagnosis pedofilia harus berusia minimal 16 tahun, atau bagi remaja harus minimal lima tahun lebih tua dari anak praremaja yang dia tertarik secara seksual.

Pedofilia
dalam Diagnostik dan Statistik Manual Gangguan Jiwa (DSM-5) didefinisikan sebagai paraphilia yang melibatkan dorongan seksual yang intens dan berulang terhadap dan fantasi tentang anak-anak praremaja yang menyebabkan orang tersebut mengalami penderitaan dan menimbulkan masalah interpersonal. Setara dengan itu, dalam manual diagnosis yang lain yaitu The International Classification of Diseases (ICD-10) mendefinisikannya sebagai preferensi seksual untuk anak-anak dari prapubertas atau awal usia pubertas. Catatan di dalam DSM 5 menyatakan bahwa hubungan seksual antara seseorang di usia akhir remaja yaitu 15-18 tahun dengan anak remaja awal usia 12-13 tahun bukanlah disebut pedofilia.

Bahasan populer tentang pedofilia sering dikaitkan dikaitkan dengan ketertarikan secara seksual pada anak-anak atau tindakan pelecehan seksual anak. Hal ini tidak sepenuhnya tepat karena dalam kenyataan sehari-hari pelaku tindakan kekerasan atau pelecehan seksual pada anak tidak selalu memiliki ketertarikan secara ekslusif kepada anak prapubertas, juga di dalam literature dikatakan bahwa banyak kasus pedofilia tidak disertai penganiyaan anak.
Pedofilia pertama kali secara resmi diakui dan diberi nama pada akhir abad ke-19.
Beberapa penelitian yang dilakukan secara signifikan di area tersebut telah terjadi sejak tahun 1980-an. Meskipun sebagian besar didokumentasikan pada pria, ada juga wanita yang menunjukkan gangguan pedofilia ini. Sampai saat ini belum ada obat untuk mengobati pedofilia. Tidak ada obat untuk pedofilia yang selama ini dikembangkan. Penyebab pasti dari pedofilia juga belum diketahui. Beberapa penelitian pedofilia di pelaku kejahatan seks anak telah berkorelasi dengan berbagai kelainan neurologis di otak dan patologi psikologis.

Apa yang bisa dilakukan untuk melindungi anak kita?

1. Percaya kepada apa yang dikatakan anak kita. Ketika anak-anak mengungkapkan mereka mengalami pelecehan seksual mereka mengatakan kebenaran hampir 95-98 persen
2. Pelecehan seksual terjadi ketika seorang anak sendirian dengan pedofil di dalam mobil, toilet, ruang kelas kosong atau lorong, atau bahkan di daerah tersembunyi dari tempat umum seperti kantong tidur bersama di saat kamping bersama atau bioskop yang gelap. Hindari membiarkan mereka sendirian tanpa pengawasan orang tua.
3. Orang dewasa yang tidak dikenal tidak diperbolehkan memiliki komunikasi pribadi dengan anak kita melalui SMS, WA, BBM, email, panggilan telepon, atau sendirian dengan mereka. Jangan lupa masalah kekerasan seksual pada anak juga bisa melibatkan orang terdekat dari si anak sendiri seperti pamannya.
4. Pastikan anak kita tahu dan menggunakan kata-kata yang benar untuk bagian pribadi mereka: penis, vagina, skrotum, testis, anus, payudara, puting, dll Jika mereka mulai merujuk ke vagina mereka sebagai sesuatu yang bisa “dimakan" atau dinikmati, kita harus mulai menanyakan secara detil kepada anak kita tentang siapa yang mengatakan hal tersebut pertama kepada mereka.
5. Situasi rumah tangga yang rentan ; besar tanpa seorang ayah yang peduli untuk mereka, atau dengan orang tua sibuk yang membiarkan mereka pergi ke berbagai tempat sendiri, keluarga bercerai atau bahkan keluarga dengan orangtua yang sakit keras. Seorang anak yang sedih, kesepian, atau konflik lebih mudah untuk dimanipulasi oleh pedofil.
6. Ketika anak mulai bercerita masalah terkait pengalaman yang sekiranya bernuansa seksual, jangan bereaksi berlebihan terlebih dahulu. Dengarkan mereka sampai habis agar kita mendapatkan cerita yang jelas. Reaksi kita yang berlebihan akan membuatnya diam dan memilih untuk menyimpan sendiri cerita detilnya.
7. Bawa anak kita ke pusat rehabilitasi atau crisis center yang ditangani oleh profesional terlatih (psikiater, psikolog anak, psikolog klinis, pekerja sosial terlatih) di bidang ini. Kesulitan bercerita pada anak karena sering kali mereka merasa tertekan dan dipaksa untuk membahas terus menerus kondisi hal tersebut oleh orang sekitarnya termasuk orang tua. Laporan anak seharusnya didapatkan dari satu kali cerita yang didengarkan oleh orang yang memahami bagaimana memperoleh nformasi dari anak-anak yang mengalami masalah pedofilia atau kekerasan seksual. Laporkan ke polisi bersama dengan bantuan dari teman di crisis center tersebut.
Kewaspadaan kita kepada anak-anak kita tentunya perlu berlaku proporsional. Kekangan yang terlalu ketat juga tidak baik untuk perkembangan mentalnya ke depan. Hati-hati terhadap lingkungan sekitar yang mempunyai potensi perlu terus ditekankan. Pelaku pedofilia bisa di mana saja berada, bahkan di sekitar kehidupan si anak sehari-hari. Hanya kewaspadaan yang baik dan pendidikan yang baik kepada anak yang bisa sedikit mengurangi risiko dari tindakan pelaku pedofilia. Semoga artikel ini bermanfaat. Salam Sehat Jiwa




Tidak ada komentar: