Kamis, 15 Agustus 2013

Gangguan Panik : Penyakit Kambuhan Yang "Nyebelin"

Gangguan Panik : Penyakit Kambuhan Yang "Nyebelin"
oleh : Dr.Andri,SpKJ 
Psikiater Klinik Psikosomatik RS OMNI Alam Sutera

Pasien dalam konsultasi di klinik sering kali bertanya kepada saya apakah penyakit gangguan paniknya bisa sembuh. Saya tentunya menjawab bahwa penyakit ini bisa sembuh. Namun saya juga kemudian meneruskan bahwa walaupun bisa sembuh tapi kemungkinan pasien untuk mengalami gejala panik kembali tetap ada atau dalam bahasa kedokterannya disebut relaps (kambuh). 
Saya pernah membahas dalam blog ini juga bahwa ada beberapa faktor yang bisa menyebabkan kekambuhan penyakit gangguan panik ini. Kelelahan fisik, gangguan tidur (begadang atau tidur tidak tepat waktu), diet yang terlalu ketat, penyakit medis fisik yang berat ataupun tekanan stres yang baru yang sulit diadaptasi adalah hal-hal yang sering dianggap sebagai pemicu terjadinya gangguan panik kembali. 

Mengenal Panik Lebih Baik
Saya mengatakan kepada pasien dalam praktek sehari-hari bahwa tidak perlu khawatir dan merasa putus asa karena gangguan panik bisa kambuh. Saya mengatakan karena walaupun kambuh biasanya kondisi kambuhnya tersebut gejalanya tidak separah ketika pertama kali mengalami serangan yang tidak diobati. 
Hal ini disebabkan karena pasien sudah mampu memahami gejala dan tanda dari gangguan panik tersebut. Pasien biasanya sudah beradaptasi dengan kondisi tersebut. Hal ini juga ditambah dengan perbaikan sistem saraf otak karena pengobatan yang sudah dilakukan sehingga daya tahan sistem otak terhadap stres menjadi lebih baik. 
Gejala-gejala ulangan panik memang bisa kambuh dalam rentang waktu bulanan sampai tahunan sejak dinyatakan "sembuh" dari gangguan panik. Namun demikian hal tersebut tidak selalu terjadi pada setiap pasien. Ada juga yang benar-benar sembuh dan tidak berulang lagi.

Tidak Sembuh Sempurna
Selama menangani kasus-kasus gangguan cemas terutama gangguan panik dengan berbagai jenis gejala psikosomatik yang sering kali beragam itu saya tidak selalu mengalami keberhasilan terapi. Ada beberapa pasien yang tetap mengalami gejala sisa walaupun pengobatan sudah mencapai waktu yang optimal. Ada juga pasien yang mengalami perbaikan yang sangat lambat sehingga membuat pasiennya kadang sedikit putus asa. 
Sebenarnya hal ini sangat wajar dalam pengobatan namuan sering kali memang sulit diterima oleh pasien karena harapan untuk sembuhnya yang tinggi. Daya adaptasi sistem otak, kepribadian dasar orang tersebut menjadi faktor yang sering dikaitkan dengan masalah kesulitan mencapai kesembuhan sempurna. Pasien seperti ini biasanya selain juga diberikan obat, pasien juga perlu mengalihkan pemikiran terhadap kondisi tubuhnya agar tidak selalu fokus pada keluhan psikosomatiknya. Cara ini lebih baik juga bila disadari oleh pasien sendiri. Terkadang karena kesulitan menerima dirinya mengalami gejala psikosomatik, pasien tetap merasa keluhannya yang sedikit pun dirasakan terlalu besar. Betul memang pada pasien gangguan panik, gejala psikosomatik sekecil apapun sering dirasakan berlebihan. 

Intinya dalam pengobatan gangguan panik memang harus diseimbangkan sistem otaknya baik dengan cara pengobatan dengan obat ataupun dengan cara-cara lain seperti psikoterapi olahraga, meditasi/yoga/zikir dan menjalani kehidupan sehat. Pasien dengan gangguan panik memang bisa sembuh tapi keberulangan memang masih bisa dialami juga tetapi jangan putus asa menghadapi penyakit ini. Salam Sehat Jiwa



Tidak ada komentar: