Senin, 06 Agustus 2012

Cemas si mantan pengguna sabu


Oleh : dr.Andri,SpKJ (Psikiater)

“Sudah 6 bulan saya merasakan sakit ini dok. Mulanya saat saya sakit typus,jadi gak bisa tidur karena demam tinggi. Lalu setelah typus baik kok tiba-tiba waktu itu saya berdebar-debar kencang sekali, seperti mau pingsan. Saya kemudian cek jantung dengan EKG. Dokter bilang gak papa jantung saya. Saya penasaran lalu medical check up jantung, pake treadmil dan echocardio juga. Ternyata hasilnya oke aja tuh. Sejak saat itu saya mulai belanja dokter deh, sebulan bisa dua tiga kali ke dokter jantung cek EKG karena berdebar-debarnya kok makin kerasa gak enak. Saya juga jadi cemas dok takut kalau-kalau saat rapat ama klien atau di jalan, serangan itu kambuh”

Kisah seperti di atas diceritakan oleh pasien saya berusia 35 tahun, seorang laki-laki yang cukup sukses dengan usahanya. Dia datang setelah membaca beberapa artikel saya di website kompasiana dan blog pribadi saya. Dia mengatakan rasanya apa yang saya tulis di beberapa artikel tentang gangguan cemas panik sangat mirip gejalanya dengan dia. Saat wawancara ketika saya menanyakan apakah pernah menggunaka obat sejenis sabu-sabu atau ekstasi. Pasien menjawab pernah sekitar 5 tahun yang lalu selama setahun.

“Kelemahan” otak
Apa yang dialami pasien yang saya ceritakan di atas sekiranya mirip dengan beberapa pasien saya lainnya yang gejalanya juga merupakan gejala kecemasan. Pasien seperti ini biasanya mengalami keluhan yang khas seperti kecemasan yang ditandai dengan keluhan-keluhan fisik seperti jantung berdebar, sesak napas dan perasaan melayang. Kondisi ini biasanya terjadi pada pasien dengan gangguan cemas panik.

Latar belakang penggunaan zat golongan amfetamin atau metamfetamin seperti sabu-sabu dan ekstasi membuat kondisinya menjadi lebih kompleks. Walaupun biasanya pasien saat ini sudah tidak memakai lagi, dari pengalaman klinis selama berkecimpung menangani pasien-pasien gangguan kecemasan panik, riwayat penggunaan ekstasi dan sabu-sabu biasanya membuat pasien lebih rentan mengalami gangguan cemas bahkan depresi.

Hal ini bisa disebabkan karena pemakaian ekstasi dan sabu-sabu apalagi dalam waktu panjang bisa membuat perubahan di sistem serotonin dan dopamin. Sistem ini pula yang sebenarnya sangat erat kaitannya dengan terjadinya gangguan kecemasan. Pada saat orang menggunakan stimulan seperti sabu-sabu dan ekstasi, maka terjadi lonjakan serotonin dan dopamin beberapa kali lipat dari biasanya. Hal ini yang membuat pengguna stimulan merasakan rasa nyaman dan gembira luar biasa. Pada beberapa pasien ada efek samping yang nyata terkait dengan munculnya kecurigaan yang besar karena penggunaan obat ini yang disebabkan karena lonjakan dopamin. Gejala mirip gejala psikotik seperti ide-ide paranoid juga bisa muncul.

Sayangnya penggunaan stimulan seperti ini dalam jangka waktu lama akan merusak keseimbangan sistem otak. Daya tahan mekanisme otak terhadap stres akan berkurang. Sistem serotonin dan dopamin yang melonjak akibat penggunaan stimulan, pada kondisi normalnya kembali tidak lagi sama dengan ketika sebelum menggunakan stimulan. Belum lagi jika banyak kondisi lingkungan yang penuh stres yang memicu ketidakseimbangan itu. Hal ini bisa terjadi beberapa lama setelah pemakaian sabu atau ekstasi itu. Artinya walaupun sudah lama tidak menggunakan kedua zat ini tetapi efek kecemasan akibat penggunaan stimulan ini bisa terasa beberapa tahun setelahnya.

Kecemasan yang diderita saat ini diakibatkan karena ketidakseimbangan sistem di serotonin dan dopamin. Hal ini akan makin mudah terjadi jika kondisi sistem itu sedang dalam kondisi rentan. Riwayat penggunaan stimulan membuat pasien lebih rentan terhadap kondisi kecemasan itu. Semuanya terkait dengan sistem di otak. Maka jika anda pernah memakai stimulan dalam kehidupan anda, jangan heran jika suatu saat penyakit kecemasan ini bisa mendekati anda.

Salam Sehat Jiwa

Tidak ada komentar: