Jumat, 18 Oktober 2019

Insomnia, Gangguan Tidur Terbanyak Yang Ditemukan


-->
Image result for shutterstock insomnia
Ilustrasi Insomnia (sumber shutterstock.com)
Bicara tentang gangguan tidur, rata-rata orang akan merujuk kepada kesulitan memulai tidur yang sering disebut Insomnia. Padahal gangguan tidur bukan hanya Insomnia tetapi masih banyak yang lainnya. Namun di dalam praktek sehari-hari memang paling banyak datang pasien dengan keluhan kesulitan tidur atau Insomnia.

Gejala dan Tanda Insomnia
Insomnia sering kali ditemukan pada pasien usia dewasa muda sampai usia lanjut. Anak kecil dan remaja cukup jarang mengalami kondisi ini walaupun tidak tertutup kemungkinan pada beberapa remaja dengan gangguan emosional ada juga yang melaporkan kondisi seperti kesulitan tidur.
Gejala yang sering dikeluhkan pasien adalah kesulitan memulai tidur. Keluhan lain yang biasa digambarkan adalah kesulitan dalam mempertahankan tidur sehingga pasien sering terbangun di antara tidur dan kesulitan memulai tidur kembali. Ada juga pasien yang mengeluhkan bangun terlalu awal walaupun baru bisa terlelap setelah dini hari.
Pasien yang mengalami kondisi insomnia ini seringkali mengeluh lemas dan mengantuk di pagi hari. Konsentrasi kerja menjadi menurun dan pasien mengeluh cepat capek. Hal ini bisa menyebabkan turunnya produktifitas individu tersebut

Dasar Insomnia
Walaupun keluhan individu adalah kesulitan tidur, namun biasanya kondisi insomnia merupakan kondisi sekunder dari suatu gangguan kesehatan jiwa. Kondisi kecemasan berlebihan atau gangguan depresi sering merupakan kondisi primer yang menyebabkan pasien mengeluh adanya keluhan insomnia. Untuk itulah dasar gangguan kesehatan jiwanya harus diobati dengan baik sehingga gejala insomnia sebagai salah satu gejalanya juga dapat menjadi baik

Pengobatan
Pengobatan insomnia pada tahap awal berpedoman pada peningkatan upaya sleep hygiene (kesehatan tidur). Hal yang bisa dilakukan misalnya dengan tidak minum minuman yang meningkatkan konsentrasi atau membantu terjaga seperti minuman ringan berperisa cola, teh, kopi atau minuman energi sesaat sebelum tidur. Gunakan pakaian yang nyaman dan ruangan cukup sejuk karena ruangan yang sejuk membantu keluarnya melatonin, zat di dalam tubuh yang fungsinya membantu tidur. Jangan pula berolahraga berat di malam hari karena faktor kelelahan otot juga dapat membuat kondisi individu menjadi sulit tidur.

Pemberian obat-obatan bisa dilakukan jika cara tersebut di atas tidak membantu. Mulailah dari penggunaan obat non-benzodiazepin seperti obat antiinsomnia yang alami atau yang merupakan sintetik melatonin (merek dagang Rozerem). Ada juga pasien yang bisa menggunakan obat antiinsomnia non-benzodiazepin seperti zolpidem (merk dagang Zolmia/Stilnox). Obat ini tidak seperti golongan benzodizepin, tidak menimbulkan risiko ketergantungan, toleransi dosis ataupun efek putus zat. Namun tentunya biasa digunakan dalam jangka pendek kecuali oleh psikiater. 

Penggunaan benzodiazepin seringkali diberikan kepada pasien oleh dokter umum atau spesialis bila pengobatan di atas tidak membantu banyak. Golongan obat yang sering diberikan adalah estazolam (Esilgan), alprazolam (Xanax, Zypraz,Alganax) dan Diazepam (Valium). Sayangnya terkadang pasien terus menerus menggunakan obat ini untuk membantu tidurnya tanpa melakukan proses terapi untuk keluhan dasarnya, yaitu kecemasan atau depresi. Sehingga seringkali ditemukan pasien memakan obat ini sampai bertahun-tahun. Apalagi seringkali mereka tidak kontrol atau membeli sendiri obat tersebut di pasar gelap yang menjual obat seperti ini.

Penggunaan obat tidur yang biasanya merupakan golongan benzodiazepine haruslah hati-hati dan atas pengawasan ahli seperti seorang psikiater. Jika tidak perlu tidak perlu sampai menggunakan obat golongan tersebut. Jangan lupa pula untuk mengobati dasar dari gangguan ini. Biasanya jika gangguan dasarnya diobati maka insomnianya juga akan membaik sehingga tidak lagi memerlukan obat.

Pesan saya terakhir adalah jangan makan obat tidur sembarangan, konsulkan dengan ahlinya jika mendapatkan obat tidur dari dokter umum atau spesialis non-psikiatri dalam jangka waktu yang cukup lama (lebih dari 1 bulan) dan usahakan untuk mengobati gangguan dasarnya bukan hanya gejalanya saja

Tidak ada komentar: