oleh : dr.Andri,SpKJ
Sengaja saya menuliskan judul dengan salah satu merk dagang obat yang terkenal di dunia medis. Obat yang dipakai bukan hanya oleh psikiater tetapi juga lebih dari 80 persen peresepannya dilakukan oleh dokter umum dan dokter spesialis lain (Data WHO 2008). Kali ini saya ingin menceritakan tentang sejawat saya sendiri yang mengalami kondisi putus obat Xanax yang kandungannya adalah Alprazolam.
Pagi tadi ketika hendak bersiap-siap kerja, saya menerima BBM dari sejawat saya seorang dokter spesialis. Dia menanyakan bagaimana bisa lepas dari efek withdrawal atau putus zat dari Xanax. Ceritanya sudah sejak 40 hari ini dia makan obat ini yang disarankan oleh seorang Konsultan Dokter Jantung di salah satu RS terkenal. Lalu karena merasa takut, sejawat ini akhirnya melepaskan tiba-tiba obat tersebut dan selama 3 hari sejak putus obat ini, teman saya ini merasakan keluhan cemas yang menjadi-jadi kembali, lemas dan nyeri otot, perasaan seperti ada listrik di badan dan sulit tidur lagi. Lalu iseng-iseng dia melihat buku Farmakologi yang membuatnya kaget bahwa apa yang dia alami adalah akibat kondisi lepas obat golongan Alprazolam, zat yang terkandung dalam Xanax. Padahal dosis yang digunakan relatif tidak besar hanya 0.5 mg saja dan dimakan tiap malam.
Sebenarnya sejawat ini pernah menanyakan kepada saya bahwa belakangan ini dia sulit tidur dan merasa gangguan perut refluks yang dikenal dengan GERD. Saya sudah menyarankan untuk bertemu saya dan mulai pengobatannya tetapi kecenderungan teman ini merasa tidak nyaman di daerah jantung juga. Hal ini membuatnya berpikir bahwa lebih baik dia berkonsultasi ke dokter jantung. Keluhan jantung memang seringkali juga merupakan keluhan yang dialami pasien gangguan cemas, biasanya adalah keluhan jantung berdebar. Pada teman saya ini, debarannya begitu hebat sampai-sampai dia bisa terbangun dengan keringatan di tengah malam.
Balik kembali ke masalah putus obat-nya. Memang apa yang dia alami adalah suatu hal yang kita kenal di kalangan medis sebagai reaksi putus zat. Pemakaian alprazolam yang lama pada berbagai literatur memang meningkatkan potensi ketergantungan dan reaksi putus zat. Hal ini disebabkan karena waktu paruh alprazolam di dalam darah yang relatif cepat hilang. Artinya seringkali orang akan cenderung merasakan efeknya hilang jika sudah lewat 4 jam pemakaian dan akhirnya mencoba memakan lagi. Salah satu sumber mengatakan pemakaian alprazolam lebih dari dua minggu pada sebagian besar orang yang punya kecenderungan tergantung zat akan membuatnya semakin sulit melepaskan diri dari alprazolam.
Kondisi di atas lah yang membuat walaupun efektif, alprazolam sudah sangat jarang saya gunakan apalagi pada pasien dengan riwayat penyalahgunaan zat seperti alkohol, sabu-sabu dan ectasy. Saya akan lebih memilih obat anticemas yang kerjanya panjang seperti clobazam (di kenal dengan merek dagang Frisium dan Clobazam generik) atau Clonazepam.
Semoga cerita di atas bisa menjadi bahan pembelajaran.
Salam Sehat Jiwa