Sabtu, 17 Mei 2014

Sakit Kepala dan Ganggua Jiwa

Sakit Kepala da Gangguan Jiwa
Oleh : dr.Andri,SpKJ,FAPM (Psikiater, Psychosomatic Medicine Specialist)
Klinik Psikosomatik RS OMNI Alam Sutera 

Bicara sakit kepala mungkin merupakan keluhan yang paling sering dialami oleh banyak orang. Berbagai macam obat ditawarkan oleh perusahaan obat untuk mengatasi sakit kepala dari obat bebas sampai obat yang harus menggunakan resep dokter. 
Sakit kepala yang paling sering dialami oleh individu adalah sakit kepala tipe tegang dan migrain. Kedua jenis sakit kepala ini pada banyak literatur mempunyai hubungan yang erat dengan stres dan beberapa gangguan jiwa seperti cemas dan depresi. 

Sakit Kepala Tipe Tegang (Tension Headache)
Sakit kepala jenis ini adalah jenis sakit kepala yang paing banyak dialami oleh orang dewasa. beberapa orang mengatakan sakit kepala ini sebagai sakit kepala stres. Sakit kepala tipe tegang biasanya muncul secara periodik atau harian. Secara episodik muncul sekurangnya 15 kali dalam sebulan dan dikatakan kronik jika muncul lebih dari 15 kali dalam sebulan. Tipe nyeri kepala jenis ini digambarkan sebagai nyeri yang berupa ketegangan seperti kepala yang diikat, ketat atau adaya tertekan disekitar pelipis atau belakang kepala sampai leher. Kondisi ini bisa berlangsung sekitar 30 menit sampai beberapa hari. Nyeri kepala tegang biasanya berlangsung berangsur-angsur dan terjadi di tengah hari. Satu yang perlu diingat bahwa tipe nyeri kepala ini tidak mengganggu penglihatan dan keseimbangan penderitanya. 
Angka kejadian jenis sakit kepala ini di Amerika Serikat saja untuk kondisi yang datang sekali-sekali sekitar 30-80% dari populasi. Sedangkan yang berlangsung kronis berkisar antara 3%. Perempuan lebih sering mengalami kondisi nyeri kepala tipe ini daripada pria. 
Penyebabnya sendiri biasanya sangat multifaktorial dan tidak berhubungan denga faktor keturunan keluarga. Pada beberapa orang kondisi nyeri kepala tipe tegang ini disebabkan karena adanya ketegangan bagian kepala, leher dan punggung yang disebabkan oleh : postur yang tidak baik, tidak cukup istrirahat, stres psikologis termasuk depresi, kurang tidur, kecemasan, kelelahan, dan kelaparan. Pemicunya sendiri sangat berhubungan dengan stres lingkungan dan pribadi termasuk diantaranya hubungan dengan orang lain. 

Migrain
Migrain merupakan jenis sakit kepala kedua yang sering dikeluhkan pasien walaupun belum tentu keluhan sakit kepala sebelah selalu disebut migrain. Migrain adalah nyeri kepala yang berat di satu sisi atau kedua sisi kepala. Biasanya nyeri berada di sekitar pelipis atau belakang salah satu mata atau telinga. Migrain bisa menyebabkan mual dan muntah dan sensitif terhadap cahaya dan suara. Kondisi ini bisa berlangsung dari beberapa jam sampai beberapa hari. Migrain yang klasik bisa dimulai dari adanya aura atau adanya gejala penglihatan seeprti ada kilatan cahaya 10 sampai 30 menit sebelu terjadinya serangan atau kehilangan pandangan. Migrain yang biasa bisa terjadi tanpa aura. 
Kaitan antara migrain dan gangguan kejiwaan seperti depresi dan cemas sering dilaporkan di berbagai penelitian. Gangguan cemas dan depresi sering juga dialami oleh pasien yang mengalami migrain. Migrain yang kronis sering dialami oleh pasien gangguan cemas. Pasien gangguan cemas menyeluh dan gangguan cemas panik juga sering melaporkan migrain sebagai salah satu gejala yang merka alami. Laporan dari 2009, mengatakan 11 persen pasien mengeluh migrain mengalami gangguan kejiwaan di antaranya gangguan cemas dan depresi. 

Pengobatan
Obat penghilang rasa sakit sering kali diresepkan untuk pasien nyeri kepala. Beberapa obat ini bisa ditemukan di penjual obat atau apotek karena dijual secara bebas. Jika obat penghilang sakit tidak mempan biasanya diberikan juga tambahan obat untuk melemaskan otot. Beberapa obat anticemas dan antidepresan yang juga mempunyai efek anti nyeri biasanya diresepkan oleh dokter yang didatangi pasien seperti ini. 
Satu hal yang penting bahwa penggunaan obat antinyeri sering kali pada pemakaian yang lama menghilang efek terapinya. Untuk itu dokter dan pasien harus memahami untuk mencari dan memodifikasi pemicunya yang mungkin dalam hal ini adalah stres lingkungan dan pribadi. Faktor stres yang berkaitan dengan terjadinya nyeri kepala tegang dan migrain bisa membuat terapi terhambat jika hanya fokus pada obat penghilang nyeri saja. Apalagi jika gangguan jiwa seperti depresi dan cemas tergambar nyata sebagai salah satu gangguan yang mengawali sakit kepala atau sebagai suatu faktor pemberat. Jangan ragu untuk berhubungan dengan psikiater untuk masalah ini. Semoga tulisan ini berguna.

Minggu, 11 Mei 2014

Sakit Lambung, Psikosomatik dan si "Otak Kecil"

oleh : dr.Andri,SpKJ,FAPM
Psikiater Klinik Psikosomatik RS OMNI Alam Sutera

Setahun belakangan ini dengan semakin meningkatnya pengetahuan masyarakat tentang kondisi gangguan jiwa dan keterkaitannya dengan fisik, banyak pasien yang berkunjung ke Klinik Psikosomatik RS OMNI Alam Sutera mengeluhkan secara lebih spesifik gejala fisiknya. Gangguan lambung adalah salah satu yang paling sering dikeluhkan.

Awalnya adalah beberapa tulisan saya yang berkaitan dengan masalah gangguan lambung yang disebut Dispepsia Fungsional. Dispepsia Fungsional adalah suatu kondisi gangguan lambung sesuai dengan diagnosis kriteria Rome III. Kondisi Dispepsia Fungsional ditandai dengan adanya keluhan nyeri lambung yang biasanya dirasakan sesudah makan. Keluhan nyeri, mual, ingin muntah, penuh, kadang diare dan kembung adalah keluhan yang paling sering dikeluhkan pasien. Pemeriksaan klinis dan bahkan endoskopi ternyata tidak menemukan kelainan yang berarti. Pasien dengan kondisi seperti ini biasanya hanya diberikan obat-obat simptomatik untuk mengurangi gejalanya seperti obat golongan PPI (Omeperazole, Lanzoprazole dkk), prokinetik seperti Domperidone dan terkadang anti asam lambung lokal seperti antasida. Sayangnya keluhannya hanya berkurang dengan makan obat dan sering kali berulang jika tidak makan obat.

Lambung dan Otak
Pasien dengan keluhan lambung sering kali mengalami kebingungan kalau gejalanya tidak kunjung sembuh padahal sudah melakukan pengobatan. Kondisi gangguan kejiwaan adalah hal yang sering terkait dengan masalah ini. Namun di luar daripada itu, sebenarnya masalah lambung memang tidak bisa dilepaskan dari otak. Pakar obat psikiatrik dan ahli neurosains ternama dari Amerika Serikat, Stephen Stahl,MD,PhD dalam tulisannya di Journal of Clinical Psychiatry mengatakan suatu opini dalam bentuk anekdot antara seorang psikiater dan dokter gastroenterologi : "Psychiatrist to gastroenterologist: "Isn't it surprising how many brain neurotransmitters are also in the gut?" Gastroenterologist to psychiatrist: "Not at all, but it sure is interesting how many gut neurotransmitters are in the brain."

Hal tersebut di atas mengisyaratkan adanya hubungan yang erat antara lambung dan otak. Para ahli mengetahui bahwa beberapa neurotransmitter di otak yang berkaitan dengan perasaan dan perilaku seperti dopamin, serotonin dan norepinephrine juga terdapat di lambung, bahkan 90 persen serotonin ditemukan di lambung. Kondisi ini tentunya akan sangat berkaitan dengan bagaimana peran dalam pengobatan gangguan lambung yang sangat akan berhubungan dengan kestabilan sistem otak dalam hal ini adalah kondisi kesehatan jiwanya.

Integrasi
Karena hubungan yang erat inilah tidak heran dalam sehari saya sering mendapatkan pasien-pasien yang mengeluh gangguan lambung dan telah berkeliling dokter ahli gastroenterologis namun tidak mendapatkan perbaikan. Gejala lambung yang tidak kunjung membaik sedangkan hasil obyektifnya baik membuat pasien menjadi curiga apakah hal ini berkaitan dengan keluhan yang dikenal awam sebagai Psikosomatik. Bicara tentang Psikosomatik tentunya tidak bisa dilepaskan dari suatu kondisi di Otak, dan ini sangat berkaitan dengan bidang keilmuan psikiatri khususnya dalam bidang Psikosomatik Medis.

Terapi pada pasien gangguan lambung psikosomatik seperti misalnya pada dispepsia fungsional akan sangat berhubungan dengan bagaimana menstabilkan kondisi otaknya yang di atas dan "otak kecilnya" di lambung yang dikenal dengan sistem saraf enteric (enterci nervous system). Penggunaan obat-obat psikotropik dan antidepresan akan bisa sangat membantu perbaikan pasien. Tentunya harus tepat dan sesuai dengan petunjuk dokter yang ahli dalam hal ini adalah psikiater.

Semoga apa yang dituliskan ini bisa membantu lebih memahami masalah gangguan lambung yang sering terjadi tanpa sebab obyektif yang ada. Mungkin saja anda mengalami Dispepsia Fungsional. Salam Sehat Jiwa

Minggu, 27 April 2014

Kamis, 10 April 2014

Anda Insomnia, Hati-Hati Gangguan Jiwa Mendekat!

Anda Insomnia, Hati-Hati Gangguan Jiwa Mendekat!
Oleh : dr.Andri,SpKJ,FAPM (Psikiater, Psychosomatic Medicine Specialist RS OMNI Alam SUtera, Tangerang Selatan)

Kasus insomnia atau kesulitan tidur adalah kasus gangguan kejiwaan yang paling banyak dikeluhkan pasien baik di pelayanan primer ataupun di pelayanan spesialistik. Tidak heran sejak dibuatnya Standar Kompetensi Dokter Indonesia (SKDI), insomnia termasuk dalam kategori kompetensi atau kemampuan yang harus bisa ditangani oleh seorang dokter umum.
Sayangnya banyak masalah insomnia tidak sesederhana yang dikira. Pasien yang mengalami gangguan tidur itu ternyata di belakangnya banyak menyimpan masalah gangguan jiwa yang lebih berat, paling sering adalah depresi dan gangguan kecemasan. Untuk bisa memahami lebih jauh tentang gangguan tidur ini maka di bawah ini saya tampilkan kasus yang mungkin bisa mewakili beberapa karakter gangguan tidur yang sering dikeluhkan pasien.

Kasus 1. Insomnia pada Depresi
Pasien seorang wanita 45 tahun dengan keluhan rasa putus asa dan tidak ada gairah hidup lagi. Pasien mengalami masalah dengan usahanya dan terlibat dengan kasus hukum perdata yang belum bisa diselesaikan dengan baik sampai saat ini. Gejala seperti mudah lelah, tidak bergairah, suka melamun mulai datang ketika masalah sudah berjalan sebulan. Kondisi mirip depresi ini kemudian diperberat dengan kesulitan tidur yang dialami pasien. Pasien bisa tertidur tetapi terbangun lebih awal pada dini hari dan tidak bisa tidur kembali. Setelah 3 bulan mengalami masalah ini dan tidak bisa mengatasi sendiri dengan terapi sendiri (pasien menggunakan obat batuk dan paracetamol untuk membantu tidur), akhirnya pasien berkunjung ke saya di Klinik Psikosomatik RS OMNI Alam Sutera. Diagnosis pasien ditegakkan sebagai Depresi Mayor. Pengobatan dengan antidepresan yang adekuat dan bantuan obat anti insomnia dosis ringan diberikan kepada pasien. Awal sebulan pertama perubahan belum banyak terjadi namun memasuki bulan kedua gejala depresi membaik dan gejala tidur sudah kembali normal. Pasien meneruskan pengobatan antidepresannya namun sudah tidak lagi menggunakan obat anti insomnia.

Kasus 2. Insomnia pada Gangguan Kecemasan
Kasus ini paling banyak ditemukan di Klinik Psikosomatik RS OMNI Alam SUtera tempat saya bekerja. Pasien dengan keluhan kesulitan tidur sering didapatkan pada pasien-pasien gangguan kecemasan. Bedanya pasien gangguan tidur pada gangguan cemas lebih sering mengeluh sulitnya tidur sedangkan pada pasien depresi lebih mengeluh pada kualitas tidur yang buruk dan pendeknya waktu tidur. Pasien gangguan kecemasan yang mengeluh sulit tidur biasanya bahkan mengatakan tidurnya baru bisa setelah jam 4 pagi sehingga kualitas hidup terganggu sekali. Karakter tidur yang sering dikatakan pada pasien cemas memang sulit memulai tidur.

Obati Kondisi Dasar
Kasus insomnia merupakan kasus yang paling sering dialami oleh pasien gangguan jiwa. Apapun dasar diagnosis pasien, banyak masalah gangguan tidur sebenarnya didasari oleh masalah kejiwaan seseorang. Walaupun sebagai seorang dokter kita harus menyingkirkan adanya bermacam gejala gangguan tidur yang disebabkan oleh penyakit medis (jantung, diabetes,prostat, kanker), pada prakteknya kasus insomnia lebih sering terkait gangguan kejiwaan.

Selain harus mengatasi kondisi dasarnya, pasien gangguan tidur sering kali harus diubah pola tidurnya juga. Sering didapatkan masalah gangguan tidur yang dialami pasien berkaitan dengan masalah yang terkait tidak teraturnya pola tidur terutama pada pasien anak muda yang sering begadang lewat tengah malam. Masalah yang seperti ini harusnya ditangani secara berbarengan dengan mengatur pola tidur yang sering kali kacau tersebut.

Penggunaan obat tidur saja untuk membantu pasien insomnia atau gangguan tidur lainnya sering kali dibutuhkan untuk pasien ini. Namun jangan pernah lupa bahwa pengobatan insomnia yang didasari oleh gangguan kejiwaan tidak cukup hanya dengan obat anti insomnia. Penggunaan obat anti insomnia sendiri tanpa mengobati gangguan dasarnya malah akan membuat penggunaan obat anti insomnia berlangsung lama dan malahan punya potensi ketergantungan.

Kunjungi dokter psikiater jika gangguan tidur sudah berlangsung lebih dari sebulan dan dokter pelayanan primer anda belum memberikan solusi yang tepat untuk mengatasi insomnia anda. Jangan bergantung pada pengobatan sendiri apalagi sampai membeli obat anti insomnia golongan benzodiazepine (alprazolam,diazepam,estazolam,lorazepam) dan menggunakannya sendiri tanpa pengawasan psikiater. Hati-hati karena sering kali masalah ketergantungan obat penenang ini diawali oleh penggunaan yang salah dan berlebihan di awal terapi. Semoga artikel ini bermanfaat. Salam Sehat Jiwa

Selasa, 11 Maret 2014

Peraturan Pendaftaran Klinik Psikosomatik RS OMNI Alam Sutera

Peraturan Pendaftaran Klinik Psikosomatik RS OMNI Alam Sutera

-          Jadwal dan Jam Praktek : 
o   Senin s.d. Jumat : 17.00-20.00
o   Selasa, Kamis dan Sabtu : 09.30-12.00
  •           Praktek Sore pasien dibatasi hanya 10 orang, untuk Praktek Pagi pasien dibatasi sampai waktu pendaftaran jam 12 siang.
  •           Informasi pendaftaran bisa didapatkan lewat telepon ke (021) 53128222 atau (021) 53128555
  •           Pendaftaran lewat telepon tidak otomatis mendapatkan nomor antrian pasien. Namun demikian pasien bisa mendapatkan informasi tentang berapa banyak pasien yang sudah mendaftar saat itu. Hal ini untuk memberikan gambaran tentang apakah pada hari tersebut pasien sudah cukup ramai. Jika sudah mendekati 10 ada baiknya mengatur ulang jadwal kontrol. Hindari kemungkinan sudah datang jauh-jauh tapi akhirnya pasien tidak mendapatkan kesempatan berkonsultasi karena pasien sudah 10 hari.
  •           Waktu konsultasi per pasien berkisar antara 20-30 menit


Beberapa catatan yang mungkin perlu diperhatikan :
-          Pada hari-hari tertentu misalnya sepulang cuti panjang, pasien biasanya lebih banyak daripada biasa. Kadang walaupun jam praktek belum mulai, pasien yang datang sudah 10 dan pendaftaran sudah ditutup untuk praktek sore walaupun saat itu masih belum jam 17.00.
-          Selasa dan Kamis sore di mana praktek pagi juga berlangsung pada hari tersebut, biasanya lebih lengang daripada hari lainnya.
-          Karena waktu tunggu yang lama antara pasien, diharapkan pasien mempersiapkan diri sebelumnya jika ingin kontrol agar tidak merasa kesal atau bĂȘte.

-          Di sekitar RS OMNI Alam Sutera ada beberapa pusat makanan dan belanja (Flavor Bliss dan Pasar Delapan serta mal Living World dan Mal @Alam Sutera), mungkin bisa menjadi alternative menunggu giliran konsultasi terutama bagi yang berasal dari luar daerah 

Senin, 03 Maret 2014

Vertigo atau Gangguan Cemas Panik?

oleh : dr.Andri,SpKJ,FAPM (Psikiater,Psychosomatic Medicine Specialist)
Klinik Psikosomatik RS OMNI Alam Sutera

Pengalaman setiap hari memfokuskan diri dalam menangani berbagai macam gangguan kecemasan sejak 5 tahun membawa saya dalam berbagai macam pemahaman dan pengalaman berharga dengan pasien-pasien saya. Banyak dari mereka bahkan hampir semua pasien yang berkunjung ke Klinik Psikosomatik RS OMNI telah sebelumnya melakukan berbagai pemeriksaan berkaitan dengan gejala panik yang mereka alami. Paling sering mereka telah melakukan pemeriksaan jantung, lambung dan ke dokter saraf. Pada tulisan berikut ini akan saya lebih tekankan tentang gejala pusing berputar yang mirip vertigo (vertigo like symptoms) yang sering dikeluhkan oleh para pasien gangguan cemas panik.

Pasien yang mengalami gangguan kecemasan panik memang sering kali tidak merasa yakin bahwa kondisi fisiknya itu murni karena masalah kejiwaan. Keluhan-keluhan fisik yang membuat tidak nyaman apalagi menakutkan seperti jantung berdebar, sesak nafas, perasaan melayang, pusing berputar, keringat dingin atau merasa dingin, perut terasa penuh dan ingin muntah adalah sebagian gejala-gejala yang bisa dirasakan saat serangan kecemasan atau panic attack menyerang. Inilah yang membuat pasien sering kali mengkonfirmasikan dulu gejalanya ke dokter-dokter yang terkait dengan kondisinya tersebut.

Vertigo adalah keluhan yang sering dikeluhkan oleh pasien gangguan cemas panik. Suatu kondisi perasaan berputar (baik sekeliling yang berputar atau diri pasien merasa berputar sampai kadang tidak mampu menutup mata) adalah yang menggambarkan seperti apa vertigo itu sebenarnya. Pasien yang benar-benar mengalami vertigo ditemukan adanya masalah di telinga dalam khususnya sistem keseimbangan. Tapi bagaimana jika anda merasa demikian tapi ternyata setelah diperiksa dokter saraf atau THT tidak menemukan adanya masalah pada telinga dalam anda. Dokter saraf atau THT yang memeriksa pasien yang menganggap dirinya mengalami vertigo ternyata tidak menemukan kelainan dan menganggap bahkan apa yang dikeluhkan bukanlah vertigo yang khas.

Vertigo atau Dizziness ?
Gejala seperti vertigo pada pasien gangguan cemas panik sebenarnya adalah gejala yang terkait dengan keluhan dizziness atau pusing. Keluhan ini biasanya menjadi mirip dengan vertigo karena selain berasa berputar juga ditandai dengan gejala lain seperti kepala ringan dan rasa mual.

Gejala vertigo bisa terjadi pada pasien dengan gangguan cemas panik karena pada serangan kecemasan atau panic attack datang pasien cemas sering mengalami hiperventilasi yaitu pasien berusaha untuk menarik nafas sebanyak-banyaknya, memasukkan oksigen ke dalam tubuh dengan bernafas cepat karena ada sensasi sesak dan kesulitan bernafas. Pada kondisi ini tubuh akan mengeluarkan banyak CO2 dan terlalu banyak mengambil O2 suatu keadaan yang akan membuat keseimbangan terganggu yang akhirnya memicu terjadinya perasaan pusing yang diartikan mirip gejala vertigo.

Gejala-gejala hiperventilasi juga akan menyebabkan keluhan yang lain selain perasaan seperti vertigo yaitu kesulitan berpikir, kepala menjadi ringan dan kelemahan tungkai. Inilah yang sering membuat pasien ketika terkena serangan panik dan mengalami hiperventilasi akhirnya malah semakin kacau dan sulit mengendalikan diri.

Kendalikan bernafas anda
Orang yang mengalami hiperventilasi pada saat serangan panik datang akan cenderung merasa kekurangan oksigen, ia akan terus berusaha mengambil oksigen dengan berbagai cara salah satunya dengan bernafas lebih cepat yang akhirnya akan menambah sensasi vertigo dan kesulitan mengontrol keadaan. Hiperventilasi juga bisa berdampak pada perasaan nyeri dada yang semakin membuat perasaan pasien tidak karuan.

Salah satu yang harus disadari adalah berusaha bernafas normal sebisa mungkin. Sindrom hiperventilasi memang tidak segera berlalu. Pasien tidak perlu meminta oksigen tambahan pada saat dirawat di IGD ketika serangan panik datang yang disertai dengan hiperventilasi. Ada baiknya pasien mencoba menyeimbangkan O2 dan CO2 dengan bernafas lebih teratur dan perlahan. Pada beberapa kasus bisa dibantu dengan bernafas melalui kantong kertas yang membuat kadar CO2 menjadi lebih seimbang (lebih banyak). Hal ini akan membuat sensasi gejala vertigo bisa menghilang.

Latihan pernafasan memang diperlukan apalagi oleh pasien yang sering datang keluhan ini secara tiba-tiba. Selain itu pengobatan gangguan cemas paniknya harus segera dilakukan. Jangan menunda masalah ini dengan tidak memperdulikan gejala dasarnya tersebut sebenarnya disebabkan karena gangguan kejiwaan. Silahkan berkonsultasi dengan psikiater terdekat di kota anda. Semoga Informasi ini berguna. Salam Sehat Jiwa




Sabtu, 01 Maret 2014

Update News : Dr.Andri Bergabung Ke Organisasi Gangguan Cemas dan Depresi Tingkat Internasional

Oleh : dr.Andri,SpKJ,FAPM (Psikiater,Psychosomatic Medicine Specialist)
Klinik Psikosomatik RS OMNI Alam Sutera

Saat memulai memfokuskan penanganan kasus psikosomatik di praktek sehari-hari saya telah mencoba untuk melihat dasar-dasar diagnosis pasien yang mengalami gejala-gejala psikosomatik. Setelah melewati 5 tahun perjalanan sebagai psikiater yang berfokus di penanganan kasus psikosomatik, akhirnya saya menyimpulkan bahwa kebanyakan masalah terkait dengan keluhan psikosomatik adalah Gangguan Cemas dan Depresi.

Gangguan cemas yang mempunyai banyak sub tipe seperti Gangguan Cemas Panik dan Gangguan Cemas Menyeluruh, dalam praktek sehari-hari lebih banyak ditemukan sebagai salah satu masalah terkait dengan gangguan psikosomatik. Pasien gangguan cemas hampir lebih dari 80 persen mengeluh keluhan fisik (psikosomatik) dan lebih dari separuhnya telah melewati berbagai macam pemeriksaan fisik yang hasilnya tidak mendukung masalah keluhan fisiknya.

Gangguan depresi walaupun lebih dikenal sebagai gangguan suasana perasaan (mood) sebenarnya juga tidak luput dari masalah keluhan fisik (psikosomatik). Lebih dari 50 persen pasien yang mengalami kesembuhan yang tidak sempurna, kebanyakan mengeluh keluhan fisik adalah keluhan yang tidak membaik seiring dengan perbaikan suasana perasaannya. Gangguan fisik terutama nyeri sering kali menjadi keluhan yang tidak banyak mengalami perubahan dalam perbaikan gangguan depresi walaupun itu merupakan keluhan yang tidak terpisahkan sebenarnya.

Untuk itulah mulai tahun kelima setelah mendapatkan pengakuan sebagai Fellow of Academy of Psychosomatic Medicine (FAPM) dari Academy of Psychosomatic Medicine di Amerika, saya mencari juga organisasi yang bisa membuat saya lebih mendalami lagi aspek-aspek dari masalah psikosomatik yang terkait ke gangguan kejiwaan terutama cemas dan depresi. Beruntungnya hasil pencarian ini mencapai titik temu. Sejak Januari 2014 saya aktif untuk melihat dan mempelajari organisasi Anixety and Depression Association of America (ADAA). Organisasi ini ditujukan untuk para pasien dan profesional. Berbeda dengan organisasi APM yang lebih ditujukan khusus kepada profesional medis khususnya psikiater yang bergerak di bidang Psikosomatik Medis. Niat bergabung saya di ADAA ini bertujuan untuk mendapatkan informasi yang menyeluruh bukan hanya dari kalangan praktisi klinis, namun juga dari para peneliti dan profesional lain di bidang gangguan kecemasan dan depresi. Tujuan akhirnya adalah agar mendapatkan pemahaman yang semakin menyeluruh akan penyakit jiwa yang disebut Gangguan Depresi dan Gangguan Cemas ini.

Semoga keikutsertaan saya dalam organisasi ini menambah pengetahuan agar mampu berbuat lebih baik lagi untuk pasien-pasien saya. Mohon doa dan dukungannya. Salam Sehat Jiwa