Senin, 07 Maret 2011

Jangan Remehkan Psikosomatik

Entah sudah berapa kali saya menulis tentang psikosomatik, bidang yang saya geluti lebih dari 4 tahun belakangan ini menurut saya selalu menarik untuk dibahas. Dari kondisi keluhannya yang kadang membuat para dokter pusing mencari penyebabnya, sampai kerancuan istilah ini digunakan di kalangan komunitas dokter. Beberapa tulisan saya sebelumnya biasanya membahas tentang keluhan-keluhan dan diagnosis namun kali ini saya akan lebih membahas seberapa jauh kondisi ini mempengaruhi kehidupan penderitanya

Kondisi psikosomatik yang ditandai dengan keluhan-keluhan fisik yang tidak jelas dasar kelainan organisnya. Maksud tidak jelas di sini adalah dengan pemeriksaan yang rutin dilakukan, misalnya pemeriksaan fisik, EKG, CT-Scan, Pemeriksaan Laboratorium, Endospoki, Echocradio dan lain-lain tidak ditemukan adanya bukti yang menjelaskan patofisiologi kondisi keluhannya saat ini. Namun dengan pemeriksaan yang biasanya hanya dilakukan di bidang penelitian seperti functional-MRI (f-MRI) dapat diketahui kondisinya.

Hal yang menjadi penting adalah bahwa kondisi ini memang terkait dengan sistem otak yang saling berkaitan satu sama lain. Kondisi stres yang panjang biasanya dikaitkan dengan perubahan sistem otak ini. Makanya tidak heran pasien dengan keluhan psikosomatik ketika datang dan ditanyakan apakah ada pemicunya, biasanya jawabannya dia tidak sedang stres atau ada masalah. Namun jika dirunut ke belakang, biasanya orang-orang yang mengalami kondisi ini mempunyai latar belakang kondisi psikologis yang mempunyai peran dalam kondisinya saat ini, hanya saja mungkin karena pola adaptasinya membaik dari hari ke hari, perasaan itu tidak dirasakan lagi. Sampai suatu saat akhirnya blow-up dan menjadi gejala-gejala awal psikosomatik yang kebanyakan berhubungan dengan kecemasan.

Keluhan psikosomatik bukanlah suatu diagnosis menurut pedoman diagnosis gangguan jiwa. Ketika mengajarkan hal ini kepada mahasiswa saya, saya selalu mengatakan kalau kondisi psikosomatik adalah suatu gejala dan tanda. Diagnosis yang menjadi latar keluhan ini biasanya adalah gangguan kecemasan yang berupa jenisnya dan gangguan depresi. Di antara gangguan kecemasan yang paling sering mengeluhkan kondisi psikosomatik, gangguan panik dan gangguan cemas menyeluruh adalah yang terbanyak.

Mengganggu Kualitas Hidup

Keluhan psikosomatik memang menggangu kehidupan. Banyak pasien saya yang menjadi enggan bekerja karena kondisi ini sangat tidak nyaman. Belum lagi yang dasar keluhannya adalah kondisi gangguan panik. Orang yang mengalami gangguan panik, pasti merasakan gejala-gejala kondisi psikosomatik yang sangat tidak nyaman.

Inilah faktor yang membuat kondisi gangguan psikosomatik ini bisa menjadi sangat tidak nyaman buat pasien dan membuat kualitas hidupnya menurun. Pasien jadi malas untuk bekerja dan seringkali tidak mampu melakukan aktifitas sosial di luar rumah atau kalaupun melakukan harus ditemani. KOndisi ini biasanya ditemukan pada pasien dengan keluhan psikosomatik dengan dasar diagnosis gangguan panik. Gejala palpitasi atau jantung berdebar-debar adalah salah satu keluhan psikosomatik yang sangat ditakutkan pasien.

Pengobatan yang Tuntas

Kondisi psikosomatik dengan dasar kondisi gangguan cemas dan depresi adalah kondisi yang bisa disembuhkan. Dengan pengobatan yang teratur dan kondisi lingkungan yang baik akan sangat mendorong perbaikan yang cepat. Walaupun butuh beberapa minggu untuk mencapai taraf lepas pengobatan, kondisi berulang biasanya jarang ditemukan jika pengobatan awal baik dilakukan.

Kondisi keluhan psikosomatiknya jika diobati akan bisa hilang dalam waktu sekitar 2-4 minggu, bahkan ada yang 1 minggu pun bisa jauh lebih enak. Namun pengobatan ini perlu diteruskan sampai waktu tertentu yang biasanya 3-6 bulan untuk mencegah keberulangan.

Selain pengobatan dengan obat, sebenarnya yang paling penting adalah edukasi dan pengetahuan tentang kondisi ini. Banyak ditemukan, setelah mengetahui penyakitnya, pasien menjadi lebih sadar apa yang dialami dan mau berusaha lepas dari kondisi ini. Seringkali kita perlu memberikan dukungan dan psikoterapi yang singkat untuk membantu pasien mengenali kondisi dan lingkungannya serta hal-hal yang menjadi kerentanannya. Hal ini sangat penting karena setelah obat selesai digunakan, yang melindungi pasien dari kondisi lingkungannya adalah cara pandang dia terhadap stres di luar kondisinya.

Walaupun tidak terlalu sulit diobati dengan terapi yang tepat dan waktu yang sesuai, sayangnya pengenalan terhadap kondisi psikosomatik terkait dengan gangguan kejiwaan seringkali tidak lengkap. Hal ini membuat pasien seringkali perlu berpindah-pindah dokter beberapa kali sampai menemukan penjelasan bahwa sakitnya membutuhkan pertolongan psikiater terutama psikiater yang mengerti tentang kondisi psikosomatik .

Semoga tulisan ini membantu.

Tidak ada komentar: