Minggu, 21 Januari 2018

Kecanduan Gawai dan Internet

Kecanduan internet dan gawai belakangan mulai menjadi perhatian. Walaupun dalam buku kriteria diagnosis terbaru dari American Psychiatric Association yaitu DSM 5 terbitan tahun 2013 belum dimasukkan dalam kriteria diagnosis kecanduan, kecanduan internet (termasuk kecanduan game online yang dimainkan lewat komputer dan gawai) sebenarnya telah menjadi perhatian dan ingin dimasukkan dalam salah satu kriteria gangguan jiwa. Belakangan ada niatan WHO yang akan merevisi ICD 10 dan memasukkan kriteria kecanduan game dan internet dalam kriteria diagnosis gangguan jiwa.

Beberapa hal yang dikaitkan dengan kriteria kecanduan internet (dalam hal ini juga termasuk kecanduan game online) adalah
1. Hilangnya kontrol terhadap penggunaan internet
2. Adanya kecenderungan terus menerus (preokupasi) terhadap internet
3. Adanya perubahan suasana perasaan jika tidak terpapar terhadap internet (game) dalam hal ini menjadi depresi dan cemas berlebihan
4. Adanya gejala "putus zat" ketika tidak berhubungan dengan internet, ada perasaan mudah tersinggung, cemas berlebihan, tidak nyaman dan bisa agresif atau tantrum
5. Adanya penurunan fungsi pribadi dan sosial (dalam hal ini dalam pekerjaan dan akademik)
6. Menghabiskan waktu lebih dari 6 jam berhubungan dengan internet di luar kepentingan akademik dan atau lebih dari 6 bulan penggunaan internet yang tidak ada korelasi dengan kepentingan sehari-hari.

Beberapa penelitian yang telah dilakukan juga telah membuat adanya hubungan antara gangguan kecanduan internet dengan beberapa gangguan jiwa seperti depresi, pikiran bunuh diri, perilaku obsesif kompulsif, gangguan makan, gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktifitas, serta penyalahgunaan zat dan alkohol. Penelitian di Amerika Serikat sendiri menyatakan bahwa lebih dari 26,3% remaja di sana termasuk dalam kategori kecanduan internet yang mana angka ini melebihi angka pada kecanduan zat lainnya.

Perubahan di Otak

Kecanduan internet dihubungkan dengan perubahan di sistem dopamin. Aktifasi yang berlebihan dalam penggunaan internet berhubungan dengan berkurangnya transporter dopamine di otak yang membuat stagnasi atau berdiamnya dopamin lebih lama di celah sinaps otak. Hal ini yang membuat stimulasi dopamin berlebihan yang akan menyebabkan efek euforia. Hal ini terlihat juga pada orang yang mengalami kecanduan zat dan perilaku adiktif lainnya.
Selain itu pula penelitian mengatakan adanya peningkatan aliran darah di area otak yang berhubungan dengan "reward and pleasure". Artinya internet akan mengaktifkasi pusat rasa senang di otak dan akan membuat rasa ingin lagi dan lagi yang lebih besar.

Pencegahan Kecanduan Internet Pada Anak dan Remaja

Beberapa kasus kecanduan internet dan game online sudah tampak di masyarakat kita sehari-hari. Belakangan kita mendengar adanya dua siswa di Bondowoso yang dirawat di Rumah Sakit Jiwa karena kecanduan game. Beberapa hal di bawah ini mungkin bisa jadi tips buat kita bersama

a. Jadilah contoh yang baik buat anak
Kita sebagai orang tua memang juga harus mengurangi ketergantungan kita terhadap gawai, game dan internet. Mulailah membaca buku kembali daripada memegang tablet atau smartphone kita berlama-lama

b. Buat Aturan yang Tepat
Kita tidak bisa menghindarkan mereka dari gawai, dalam pergaulan juga banyak yang akan mempengaruhi mereka, tapi kita bisa memberikan aturan yang tepat terkait penggunaan gawai ini. Berikan waktu yang sesuai untuk anak-anak memegang gawai dan batasi waktunya.

c. Lakukan aktifitas yang lain
Lakukan aktifitas lain seperti membaca buku, "board games", seni karya, olahraga atau permainan yang tidak menggunakan gawai.

d. Beli Gawai untuk keperluan yang baik bukan hanya untuk keperluan sosial

e. Bermainlah bersama anak tanpa gawai!

f. Luangkan waktu untuk bersama anak tanpa ada gawai di sekitar kita termasuk saat makan bersama di luar rumah.

Saya sendiri tahu tidak mudah di era internet melakukan hal-hal di atas, tetapi jika kita mampu mengurangi ketergantungan kita terhadap gawai maka hasilnya pun akan lebih baik buat kita bersama ke depannya. Salam Sehat Jiwa (Twitter : @mbahndi)



Tidak ada komentar: