Selasa, 12 Juli 2011

Pelayanan Kesehatan Terintegrasi Melalui Pendekatan Psikosomatik

Pelayanan Kesehatan Terintegrasi Melalui Pendekatan Psikosomatik

Oleh : Dr.Andri,SpKJ

Beberapa minggu yang lalu saya mendapat permintaan dari senior sejawat saya di RS Marzuki Mahdi, Bogor untuk berbicara tentang konsep Consultation Liaison Psychiatry (CLP) di Rumah Sakit. Akhirnya dua hari yang lalu saya mendapatkan undangan resmi yang isinya meminta saya untuk memamparkan konsep CLP dalam pelayanan kesehatan di rumah sakit tanggal 20 Juli 2011 nanti bersama tim keperawatan di depan anggota komite medis lainnya. CLP adalah suatu pendekatan terintegrasi pelayanan kesehatan jiwa di bidang medis lain. Kerjasama multidispilin antar spesialis yang diantaranya adalah psikiater adalah konsep dasar CLP. Bidang CLP sendiri saya pelajari sejak tahun 2006 dan merupakan sub spesialisasi baru di psikiatri dan baru diresmikan tahun 2005 di Amerika Serikat.

Pekerjaan Psikiater yang berhubungan dengan tim CLP adalah bekerja sama dengan spesialis lain bukan hanya dalam perawatan pasien namun juga pencegahan penyakit atau gangguan kesehatan jiwa pada kondisi medis umum. Sifat kerjanya pro-aktif dan tidak hanya menunggu konsultasi dari sejawat lain. Itulah mengapa konsep kerja tim adalah yang paling baik dalam menggambarkan konsep CLP.

Biaya Besar

Perawatan inap pasien di rumah sakit adalah hal yang paling menghabiskan biaya besar. Biaya ini akan bertambah besar jika pasien gangguan medis umum itu juga mengalami gangguan kesehatan jiwa. Sayangnya adanya gangguan jiwa pada kondisi medis umum seringkali tidak terdeteksi dan luput dari pengamatan. Hal ini mungkin disebabkan karena dokter yang merawat lebih fokus pada kondisi medis fisiknya dan melupakan kalau pasien juga merupakan individu yang mempunyai sisi psikologis.

Penelitian psikiatri modern bahkan telah mengungkapkan bahwa banyak gangguan medis umum yang erat kaitannya dengan gangguan psikologis, sekaligus juga gangguan psikologis bisa memperberat sakit medisnya saat ini. Salah satu contohnya kondisi depresi pada pasien diabetes melitus atau kencing manis. Depresi bisa membuat pasien kencing manis tidak mematuhi pengobatan, tidak menjalankan diet dan enggan berolahraga. Penelitian terakhir bahkan menjelaskan bahwa pasien dengan gangguan depresi lebih mudah mengalami kencing manis disebabkan karena pengaruh sistem endokrin.

Kondisi gangguan jiwa yang tidak tertangani pada pasien medis umum akan menyebabkan biaya semakin besar. Hal ini disebabkan selain karena memperpanjang masa rawat inap, kebutuhan akan pelayanan medis pada pasien dengan gangguan kesehatan jiwa juga meningkat. Kondisi ini semakin ditambah apabila kondisi itu tidak terdeteksi dengan segera dan diobati secara efektif.

Model Pelayanan

Model klasik pelayanan di Rumah Sakit dengan pendekatan CLP adalah dengan konsultasi. Dalam hal ini psikiater hanya bekerja jika ada konsultasi dari sejawat dokter yang merawat pasien. Kondisi ini seringkali tidak efisien dan efektif dalam mengurangi biaya karena deteksi gangguan kesehatan jiwa seringkali terlambat karena faktor ketidaktahuan atau kesulitan mengenali gejala gangguan jiwa pada kondisi medis umum. Psikiater hanya bersifat pasif, menunggu konsultasi dan akhirnya menyebabkan gerak psikiater pun menjadi terbatas.

Model yang disarankan adalah bekerja dalam tim. Psikiater dalam hal ini bekerja sama dalam tim yang terdiri dari multidisplin termasuk perawat dan pekerja sosial. Psikaiter dalam tim ini bersifat pro-aktif bukan hanya dalam mengobati gangguan jiwa pada kondisi medis umum tetapi juga berusaha mencegah dengan langkah-langkah deteksi dan tatalaksana dini. Perkembangan pasien yang diperiksa oleh masing-masing anggota tim dilaporkan secara berkala dalam pertemuan ahli. Di sini para ahli membahas secara menyeluruh pasien ini dan berdiskusi tentang langkah terbaik.

Model integrasi tim CLP ini yang paling ideal dilakukan. Model ini terbukti mempunyai hasil yang baik dalam pengurangan biaya, pengurangan lamanya perawatan inap dan kualitas hidup pasien. Deteksi dini dan pengobatan yang tepat untuk kasus-kasus gangguan jiwa pada kondisi medis umum juga membuat perawatan kembali pasien menjadi menurun. Bagi anggota tim, komunikasi yang adekuat di antara sesama anggota tim dan antara anggota tim dengan pasien akan mencegah kesalapahaman dan mengurangi tuntutan malpraktik. Ini tentunya akan sangat baik buat rumah sakit yang menjalankan model ini.

Intinya Kolaborasi

Kolaborasi adalah inti dari model pelayanan CLP. Setiap disiplin ilmu merasa dirinya bagian dari tim dan tidak berbicara sendiri-sendiri dan menganggap disiplin lain lebih tidak penting darinya. Keinginan untuk membuat pasien lebih baik adalah moral yang harus dipegang oleh setiap anggota tim dan semangat inilah yang paling penting dalam setiap layanan kesehatan yang diberikan.

Peningkatan kualitas hidup pasien adalah di atas segalanya. Kerjasama ini tentunya akan menghasilkan hasil yang baik jika semangat kolaborasi tetap menjiwai setiap anggota tim dalam pekerjaannya. Inilah yang paling baik dilakukan dalam pelayanan kesehatan terintegrasi kesehatan jiwa di Rumah Sakit. Perlu dipelajari dan diaplikasikan dengan sungguh-sungguh.

Semoga bermanfaat

Salam Sehat Jiwa

Tidak ada komentar: